Quantcast
Channel: Mama, Dudu and Their Everyday Adventure
Viewing all 269 articles
Browse latest View live

Singapura Dulu dan Sekarang

$
0
0
Setiap boarding di Changi, orang tua saya selalu bilang “kamu inget ngga, waktu pertama kali keluar negeri, kamu nangis ngga mau pulang di airport?” Ingat! Salah satu kenangan masa kecil yang tidak terlupakan adalah perasaan sedih karena harus meninggalkan Singapura. 

Sayangnya tidak semua hal tentang kunjungan perdana naik pesawat dengan paspor yang masih nebeng orang tua itu karena sudah lebih dari 20 tahun berlalu. Tapi ada empat tempat yang menjadi tempat nostalgia, meski saya belum tua-tua amat.

Lobby Singapore Science Center (2014)
Singapore Science Center
Tempat ini adalah destinasi wajib di Singapura. Ibarat cinta pertama, museum yang interaktif ini cepat mendapatkan tempat di hati anak-anak termasuk saya dan kedua adik saya. Dari stasiun MRT Jurong East, kami semua harus berjalan kaki menerobos rusun dan pasar untuk sampai ke sana selama 15 menit. Pada jaman itu, yang namanya jalan kaki tidak ada dalam kamus kami yang selalu diantar jemput naik mobil. Science Center sendiri sudah banyak berubah meskipun bagian basic science dan tipuan mata yang ada di bagian paling depan termasuk lobby utama yang banyak pintunya, masih kurang lebih sama dengan yang ada di ingatan kita.


Ketika saya kembali bersama Dudu, Singapore Science Center memiliki Snow City dan teater IMAX terpisah dengan cerita yang beragam. Dengan majunya zaman, hal-hal baru seperti genetik (Uniquely You) dan bullying (iZ Hero) masuk ke dalam bagian pameran tetap. Exhibition yang Meskipun isinya sudah banyak berubah seiring dengan kemajuan teknologi, tapi konsep museum yang menjawab rasa penasaran pengunjung anak-anak tetap dipertahankan. Oh ya, ke Science Center sekarang bisa naik bus kalau tidak mau jalan kaki.

Kunjungan ke Science Center selalu seru (2014)

Dudu dari kecil main di Science Center (2008)
Singapore Zoo
Yang paling saya ingat dari kunjungan ke kebun binatang super besar adalah makan siang di restoran McDonald’s dengan sepupu saya dan perosotan dengan lantai empuk yang ada di depannya. Mungkin karena waktu itu di Indonesia belum ada McDonald’s (masa sih?), tapi yang jelas tidak ada binatang yang ikut di ingatan saya. Kebun binatangnya besar dan jauh sekali karena harus diantar Om dengan mobilnya. Sekarang pun Singapore Zoo masih harus ditempuh dengan bis atau kendaraan pribadi. McDonald’s memang sudah tidak ada, dan di kunjungan-kunjungan berikutnya, perosotan dengan lantai empuk tempat saya main waktu kecil itu sudah berubah bentuk. Tapi selain binatang dan atraksi yang makin beragam, tidak banyak yang berubah dari Singapore Zoo. Bahkan keberadaan Night Safari yang dari kecil sampai sekarang belum juga kita kunjungi.

Sekarang main perosotan dengan lantai empuk ini bersama Dudu. (2008)
Mt. Faber dan Sentosa
Jaman dulu naik kereta gantung harus mendaki gunung. Capek tapi terbayar dengan pemandangan indah di perjalanan menuju Pulau Sentosa. Tidak ada kereta ke sana karena 20 tahun lalu itu MRT hanya ada warna merah dan hijau. Jadi yang saya tahu, masuk Pulau Sentosa harus dengan Cable Car dan turun di dekat Museum Kupu-kupu dan serangga. Dari situ kita naik tram keliling pulau. Ke pantai dan yang paling seru tentu saja ke Underwater World. Sekarang Sentosa sudah berubah. Walaupun cable car masih ada dan tiketnya bisa dibeli paket dengan atraksi di pulau seperti luge atau wahana 4D, tapi sekarang banyak jalan menuju Sentosa. Bisa naik bis, bisa jalan kaki dan bisa naik lanjutan MRT dari Harbourfront. Tram keliling pulau sudah tidak ada di atas tapi kereta biasa di darat. Wahana baru sudah banyak berkembang dan dengan hadirnya Resort World Sentosa membawa Universal Studio dan SEA Aquarium, pulau dalam kenangan saya sudah hampir tidak berbekas.

"Mah, lihat dong itu, jangan malah foto-foto!" (2007)
Changi Airport
Kesan pertama saya tentang Singapura ya sudah pasti Changi Airport. Wah, ada ya airport seperti ini yang punya perosotan dan tempat bermain anak. Waktu itu bahkan sudah ada skytrain yang menjadi penghbung antar terminal, walaupun kita masih harus naik bus atau taksi menuju kota karena belum ada MRT yang ke airport. Naik skytrain juga jadi kenangan tersendiri karena berasa sedang ada di masa depan. Sekarang, setelah keliling puluhan airport pun untuk saya Changi masih the best aiport in the world. Changi sudah menjadi lebih dari sekedar tempat transit dengan taman di setiap terminal, shopping dan game center. Changi Airport sekarang adalah sebuah destinasi yang dinamis karena selalu ada yang berbeda setiap saya mendarat di sana. Sementara Soekarno-Hatta masih bandara yang saya ingat dulu, 20 tahun yang lalu, hanya “bergeser” jadi milik Banten. 

Ini tahun berapa ya? Yang pasti sudah ada MRTnya (2009)
Saya tidak ingat kenapa saya sedih dan menangis, tapi tradisi manyun di airport berlanjut sampai sekarang, ketika saya sudah traveling dengan Dudu. Kali ini ditambah anak yang terus bertanya-tanya “kapan kita ke Singapura lagi, Ma?” Kenangan masa kecil saya sudah menjadi kenangan masa kecil Dudu juga. Bedanya, Dudu punya Mama yang suka ngeblog, jadi mencari kenangannya tidak usah susah-susah menggali otak dan tidak menemukan selembar foto pun buat dipasang di blog post ini. Haha.

==================================
Postingan ini adalah bagian dari Challenge One Day One Post.

Berburu Kartu BoBoiBoy Bersama Adudu dan Indomilk

$
0
0
Menurut Psikolog Saskhya Aulia Prima, M. Psi, “Penyebab anak bosan biasanya bukan karena permainannya tidak menarik, tetapi karena tidak ada teman bermainnya.” Bulan lalu, Indomilk melaunching board game BoBoiBoy yang dapat dimainkan bersama di Bunga Rampai, Jakarta. Saya hadir bersama Adudu, eh maksud saya Dudu. 

Dudu yang sangat excited buat main board game
Kok Dudu berubah jadi musuhnya BoBoiBoy?
Begini awal mula ceritanya menurut Dudu:
“Hari itu aku menghadiri acara bersama Mama. Pertama aku lihat tempat foto, mainan game card dan cobain susu. Susunya enak. Setelah bermain kartu, aku mendengarkan cerita bagaimana bikin BoBoiBoy, mengapa Indomilk memilih BoBoiBoy. Lalu kita makan siang.”
Dalam pidato pembukaannya, Nurulita Novi Arlaida, Head of Corporate PR PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, menyampaikan bahwa Board Game BoBoiBoy ini dipilih untuk menyeimbangkan porsi real-life game dan digital game pada permainan anak zaman sekarang. Kenapa BoBoBoi? Menurut Vanda Ratana, Marketing Manager Indomilk Liquid, animasi ini adalah salah satu yang terpopuler dan disukai anak-anak di Indonesia. “BoBoiBoy memiliki semangat, visi dan nilai-nilai positif serta menunjukkan kerja sama tim.” Ada 24 kartu Boboiboy yang bisa dikoleksi dengan membeli Indomilk Kids ukuran 115ml dan Indomilk UHT regular ukuran 190ml. Kartunya ada di bagian belakang kemasan dan bisa didapatkan dengan menggunting. Sedangkan papan permainannya dapat diperoleh di minimarket yang berpartisipasi atau download di www.indomilk.com

Dari membolak-balik kartu inilah saya baru tahu kalau musuh Boboiboy namanya Adudu. Jadi pengen tertawa.



Ikut mengajukan pertanyaan untuk narasumber
Ketika ada kesempatan bertanya, Dudu langsung angkat tangan. “Kenapa karakternya sama tapi power dan skillnya berbeda?” Eh, memang iya ya? Saya bahkan tidak memperhatikan. Ibu Vanda menjawab bahwa memang tujuannya supaya seru karena lawan jadi tidak bisa memprediksi kekuatan kita meskipun susunan pemainnya sama. Memang, bagaimana sih memainkan board game BoBoiBoy ini?
“Game cardnya seru, harus punya sepuluh kartu, kalau tidak, tidak bisa dimainkan. Lima kartu di bagian yang jahat dan lima kartu di bagian yang baik. Jika kartu berhadapan, kamu harus adu power atau adu skill. Yang powernya lebih besar adalah yang menang. Kamu kalah kalau kartumu habis semua. Seperti aku tadi.” ~Dudu

Kasian amat kalah melulu, Du. Tapi menang kalah memang menjadi salah satu manfaat main board game menurut Mba Saskhya yang hadir dalam acara tersebut. “Orang tua biasanya khawatir dengan anaknya yang kalah, tapi lewat board game ini bisa belajar kalau menang bisa bilang apa kepada temannya dan kalau kalah bisa mencoba lagi,” jelas Saskhya. Selain itu ada beberapa kemampuan anak-anak yang dapat dikembangkan lewat board game. Misalnya kontak mata dan ganti-ganti teman jadi anak yang pemalu bisa jadi akrab dengan anak lainnya juga karena adanya media game plus karakter yang dia suka. 
Keseruan main board game Indomilk - BoBoiBoy
Kalau bertemu di tengah adu skill dan adu power
Mama: Apa manfaat main board games, Du?
Dudu: Untuk bermain bersama dan tidak main video game terus.

Acara hari itu ditutup dengan penampilan D’ Massive. Surprise berat karena saya tidak tahu band ini akan hadir. Meskipun bukan fans band ini tapi saya kagum dengan lagu-lagu bertemakan pantang menyerah yang mereka sering nyanyikan. Rupanya, soundtrack BoBoiBoy yang dibawakan mereka memiliki pesan yang sama. Berjudul “Di Bawah Langit Yang Sama,” lagu itu mengajak kita semua untuk saling menghormati dan perduli dengan sesama. 

D'massiv di acara Indomilk (photo: Indomilk)
D'Massive berfoto dengan narasumber (photo: Indomilk)
Epilog:

Itulah yang terjadi dengan saya dan Dudu di minggu-minggu setelah pulang dari acara Indomilk itu. #DateWithDudu alias kencan akhir pekan saya dan Dudu diwarnai oleh mencari kartu. Setiap ada mini market atau supermarket di mall yang kita kunjungi pasti kita mampir untuk sekedar membalik-balik kotak susu Indomilk. Menggunting kartu dan bermain bersama. Saya jadi seperti nostalgia masa kecil yang berburu koleksi kartu. Dudu juga senang karena saya tertarik mengikuti kegiatannya dan antusias belajar tentang BoBoiBoy.

Well, film animasi superhero anak ini memang menginspirasi karena mengingatkan saya akan Power Rangers. Berasal dari Malaysia, BoBoiBoy memiliki tokoh dengan etnis beragam yang merepresentasikan penduduk negaranya. Masing-masing dengan kekuatan yang kreatif yang saling melengkapi, bekerja sama melawan penjahat alien bernama Adudu. Jumlahnya berimbang antara laki-laki dan perempuan, jelas Rina Novita, dari perwakilan Animonstar sebagai pemegang lisensi BoBoiBoy di Indonesia. Selain itu ada nilai-nilai timur yang universal yang diajarkan oleh animasi ini bersama dengan persahabatan, kesetiaan dan semangat tidak putus asa.

Dan kita juga tidak putus asa mengumpulkan kartu.

Kalau belum diminum dan digunting, susu kotak jadi action figure
Sibuk mencari kartu


Kalau sudah selesai minum susu dipotong kotaknya
Dudu: Kalau Mama tokoh kesukaannya siapa?
Mama: Ying!
Dudu: Cocok dengan Mama, Ying tidak bisa masak. Dia pernah bikin kue yang saat dicoba bikin semua orang pingsan.
Mama: Atau Adudu sajalah. Ini ada aslinya di sini.Andrew Dudu jadi Adudu.

Saya ngakak berat, sementara Andrew manyun sambil protes bahwa tokoh kesukaannya di film BoBoiBoy adalah Fang.


Thanks to KEB untuk undangannya.

Liburan Hemat ala Mama dan Dudu

$
0
0
Kalau Dudu bertanya, “Ma, kapan kita liburan lagi?” jawaban saya biasanya standard, “nabung dulu ya, Du.” 

Soalnya liburan ternyata mahal. Terbayang jaman dulu Papa-Mama saya bisa bawa anaknya 3 orang liburan kemana-mana. Kadang malah sekalian ada Opa-Oma saya juga. Jaman sudah berubah, jadi sekarang kita harus pintar-pintar mengakali supaya liburan bisa jadi murah-meriah.

Rame-rame lebih seru
Menurut Dudu, kalau ada teman, liburan jadi lebih seru.
Kalau liburannya seru, kan kita jadi lebih ikhlas bayarnya haha. Tidak begitu juga sih. Kalau ada teman jalan itu berarti bisa berbagi cost. Misalnya saya, kalau pergi hanya berdua Dudu kan harus book 1 kamar hotel. Kalau saya dapat teman jalan yang tidak berkeberatan share room sama Dudu, atau another single parent yang pergi dengan anaknya, kan harga kamar bisa dibagi 2. Apalagi kalau banyak jumlahnya, kita bisa minta harga grup atau rombongan.

Kenapa tidak cari yang gratisan?
Di Singapura ada banyak tempat gratisan untuk anak-anak. Saya pernah menulis listnya di blognya Reservasi.com (boleh dong promo sedikit). Harta karun yang saya temukan di kunjungan terakhir adalah Children’s Garden yang free kalau kita datang bawa anak dibawah 12 tahun. Di daerah Marina Bay Sands ada banyak juga yang gratisan. Pertunjukan laser di Marina, Children’s Garden di Garden’s By The Bay (yang ini harus bawa baju ganti karena main air) dan kegiatan gratis di Art Science Museum setiap hari Jumat.

Main di pantai juga gratis lho.

Hotel tidak perlu five stars (kata Dudu)
Five stars ala Dudu beda dengan standard internasional lho. Kalau untuk Dudu, hotel five stars harus ada wi-fi, bathtub dan swimming pool. Star ke-4 adalah memberikan kamar di atas lantai 1 waktu kita check-in. Star terakhir adalah tidak memisah-misahkan rombongan yang pergi bersama. Jadi maksudnya, “Untuk apa kita menginap di hotel yang five star kalau kita pulangnya setelah hari gelap dan tidak bisa menikmati hotelnya.” Jadi, lihat lagi itinerary Anda dan tentukan hotel seperti apa yang diperlukan.

Jangan skip standard procedure
Ada beberapa hal standard yang biasanya bisa menghemat budget. Misalnya kalau shopping, jangan lupa minta GST refund di airport. Lalu, cek juga apakah ada tourist pass yang bisa digunakan untuk mendapatkan diskon di mall, tempat makan, bahkan transportasi dan tempat wisata. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Gara-gara mengambil GST refund di Changi, saya tidak perlu keluar budget extra untuk makan di aiport ketika pesawat saya delay.


“Mama punya uang berapa untuk belanja?”
Ini selalu jadi pertanyaan Dudu ketika kita jalan-jalan. Gantian dengan “apakah masih ada sisa uang untuk beli mainan?” Intinya sih, kita harus budgeting dari awal, berapa banyak yang akan kita habiskan untuk belanja, termasuk belanja oleh-oleh. Misalnya setiap ke Singapura, saya selalu hitung, berapa banyak yang mau saya habiskan untuk berburu buku, untuk kapsul nespresso, untuk mainan si Dudu dan untuk oleh-oleh. Selain 4 kebutuhan utama yang pasti dibeli itu, disisihkan beberapa lagi untuk kebutuhan impulse buying. Kalau tidak terpakai ya budgetnya ditabungkan ke biaya liburan berikutnya. Namanya juga impulse buying, jadi tidak boleh dicari-cari atau direncanakan mau digunakan untuk beli apa.

Hindari makan di tempat wisata
Harga makanan di tempat wisata biasanya lebih mahal. Jadi kalau bisa, hindari melewatkan jam makan siang di lokasi wisata. Jika memang berencana akan menghabiskan waktu seharian di satu tempat seperti Disneyland atau Universal Studio, beberapa ticket box dan travel agent menyediakan ticket dengan bonus voucher makan. Meskipun tidak menutup semua pengeluaran, tapi waktu itu jadinya lumayan, dari sekitar 20SGD harga paket makanan di Universal Studio, saya hanya bayar setengahnya karena voucher makan. Jangan lupa membawa roti di tas. Selain praktis, roti juga pas kenyangnya.

Meleng sedikit, Anak sudah ke laut!
“Boleh main air?”
Pertanyaan jebakan dari Dudu ini sering berakibat ektra pengeluaran karena harus membeli kaos atau setidaknya handuk kecil. Apalagi kalau tempat liburan berbau pantai seperti Bali dan Belitung. Di beberapa negara, air mancur dan playground air ada dimana-mana bahkan di atap mall. Meskipun tidak ada rencana untuk ke pantai, tapi yang namanya perlengkapan tempur wajib bawa.

Tetap saja yang namanya liburan harus enjoy. Jangan sampai karena kita sibuk berhemat, liburan kita jadi melarat. Toh, kita sudah menabung untuk pergi.

Mencari Hadiah Ulang Tahun Dudu

$
0
0
Besar di keluarga yang rata-rata isinya cowok bukan berarti saya bisa cari kado buat cowok. Jangankan adik atau sepupu cowok, cari kado untuk anak cowok saya yang tahun ini akan berusia 10 tahun saja pusing. Tahun lalu, saya cuma kasih anti gores sebagai hadiah ulang tahun si Dudu. Tabletnya dia beli pakai uang sendiri, hasil nabung dari upah kerja modelling.

Payah ya?

Tahun ini adik saya yang pertama dapat voucher nginap di hotel yang sebenarnya hadiah menang lomba, daripada tak terpakai mending dihibahkan. Adik yang satu lagi baru mau ulang tahun, dan saya belum punya kado. Dari pacarnya dulu dapat jam tangan, lalu dapat mesin pembuat kopi yang namanya Nespresso. Yang terakhir ini akhirnya jadi hak milk saya yang pencinta kopi.


Ini yang namanya mesin Nespresso
Yang ini kapsul kopinya
Stuck. Lalu saya lempar ke Dudu.
Mama: Kalau Mama mau kasih hadiah ke cowok, enaknya dikasi apa?


Dudu: Mungkin mainan?
Mama: Cowok dewasa, Du.
Dudu: Kalau cowok dewasa mungkin jam tangan. Jam tangan mahal atau baju bagus.
Mama: Kenapa jam tangan?
Dudu: Soalnya di Crayon Sinchan ada cerita waktu ada anjing hilang lalu yang menemukan dapat seribu juta dolar, papanya Sinchan bilang uangnya bisa untuk beli jam tangan.
Mama: Tapi tidak semua cowok dewasa mau jam tangan.
Dudu: Cowok dewasanya suka apa?
Mama: Kalau seperti kamu?
Dudu: Aku mau action figure. Atau pistol juga boleh.

Ya, Dudu tidak salah sih. Sama sepeti perempuan, laki-laki tidak bisa dipukul rata juga dalam hal kado. Ada teman yang curhat kalau pacarnya minta Google Glass buat hadiah ulang tahun, dan sang teman rela ke Jepang mencarikan si kacamata itu. Yang ini tidak perlu ditiru sih. Tapi ada juga yang simple dan tidak minta apa-apa. Mengeluarkan gadget dan tiket pesawat dari dalam daftar, ada beberapa barang yang bisanya mampir ke dalam daftar pertimbangan kado untuk seorang laki-laki.

Mesin Nespresso untuk si Pencinta Kopi.
Ini kakaknya Dolce Gusto. Dan menurut saya pribadi ini lebih macho dari Dolce Gusto yang lebih colorful. Mesin ini punya kapsul lebih kecil dan strictly untuk kopi. Yang seru, secara berkala Nespresso mengeluarkan limited edition yang bisa dikoleksi (bungkusnya ya, kalau kopinya nanti expired). Mesin milik saya... Eh milik adik saya, warnanya hitam.

Board Games untuk yang suka tantangan
Monopoly Empire bukan cuma sekedar berputar-putar dan membeli lahan, tapi ada strategi bisnis seperti di dunia nyata yang bisa mencaplok perusahaan tetangga. Lebih menantang dibandingkan yang klasik, yang kita kenal dan mainkan bersama keluarga. Buat yang ambisius ingin jadi Bilionaire, game ini cocok. Entah kenapa saya merasa Monopoly yang ini cowok banget haha. Board game yng berjudul Clue juga seru, tapi lebih rumit dan njelimet peraturannya karena kita bermain sebagai detektif yang menyelidiki siapa pelaku pembunuhan yang terjadi.

Speaker atau Headphone buat yang gadgetnya up-to-date
Lupakan gadgetnya karena biasanya dia pasti punya yang terbaru. Jadi kita berikan pelengkapnya sudah dimiliki.Sama seperti saya memberikan anti gores dan casing untuk si Dudu. Lalu habis itu earphonenya juga.

Ketika sedang berdiskusi dengan si Dudu, adik saya nimbrung dan mendukung jawaban jam tangan, soalnya jam tangan pemberian pacar sudah rusak. Ngomongin soal pacar, saya jadi iseng ingin bertanya:

Mama: Du, kalau kamu ingin dapat hadiah apa dari pacar?
Dudu: Apa ya?
Mama: Game?
Dudu: Game ngga romantis, Ma.
Mama: Kalau gitu apa dong?
Dudu: Coklat.
Mama: Kamu kan tidak suka coklat.
Dudu: Tak apalah, biar romantis. Aku bisa mencoba makan coklat.

Uhuk.

Coklat itu romantis. Ini pernah dikasi dari tante tetangga di apartment
==============================
Tulisan ini diikutkan GA "Kado untuk cowok" dari blognya Dani Rachmat


The Lion Guard: Kepemimpinan Kion dan Nasihat Mufasa

$
0
0
“Tegas bukan berarti harus selalu bertarung, tapi tegas berarti tidak takut melawan yang salah.” Begitu kira-kira nasihat Mufasa pada cucunya, Kion, yang sedang pusing menghadapi perselisihan dengan buaya. Kion adalah seekor anak singa, tokoh utama serial The Lion Guard yang akan tayang di Disney Channel mulai 17 April 2016 jam 7.30 Pagi. 



Eh, ada serial baru? Ceritanya apaan, Du?
"Anaknya Lion King, anaknya Simba punya kekuatan dan menjadi Lion Guard. Sementara teman-temannya bukan Singa tapi binatang lain. (mengambil kertas press release) Temen-temennya seperti sigung, cheetah, kuda nil dan bangau. Tugasnya menjaga perdamaian di negeri mereka."
Mama: Kan masih anak-anak?
Dudu: Tapi tanda mereka membuktikan bahwa mereka Lion Guard dan mereka bertugas melindungi, meskipun masih anak-anak.



Awal cerita The Lion Guard yang sudah ditayangkan pada 20 Maret yang lalu, mengisahkan bagaimana Kion harus melawan tradisi ketika teman-teman yang bergabung bersamanya bukanlah kumpulan singa terkuat di The Pride Lands. The Lion Guard versi Kion menyatukan luwak madu (honey badger), cheetah, bangau dan kuda nil di dalam satu tim. Dibandingkan dengan singa, binatang-binatang ini memang terlihat kurang garang, namun masing-masing binatang berhasil menggunakan kekuatan uniknya untuk mengembalikan kedamaian di The Pride Lands dan keseimbangan Circle of Life.

Ada yang minta selfie sama Kion
Minggu lalu Mama dan Dudu diundang screening The Lion Guard di Lewis and Carrol Tea, Kebayoran, Jakarta dan menyaksikan dua episode yang merupakan kelanjutan dari episode pertama itu.

Episode pertama bercerita tentang pergantian kepemimpinan kaum buaya yang mengancam kedamaian karena pemimpin yang baru ternyata arogan dan menguasai sungai. The Lion Guard bertugas mengembalikan keseimbangan ekosistem karena para buaya menghabiskan ikan, namun Kion ingin menghindari terjadinya pertarungan yang tidak perlu. Episode kedua bercerita tengang Bunga, yang mendadak jadi pahlawan dengan solusi praktis membuat bendungan untuk mencegah banjir. Namun ketika Bunga yang merasa bijaksana mulai ceroboh memberikan nasihat tanpa memikirkan konsekuensinya, Kion harus bertindak dan menghadapi sahabatnya.

 

Adegan di The Lion Guard. Tanda di pundak Kion itu yang terus diperhatikan Dudu (photo Disney)
Dudu tidak mau lepas dari daftar karakter The Lion Guard yang ada di dalam map press release. Jadi saya menulis blog post ini sambil bolak-balik bertanya.
Mama: Du, selain Kion ada siapa lagi?
Dudu: Ada sigung, Ma. Namanya Bunga.
Mama: Sigung perempuan?
Dudu: Sigung laki-laki. Dia punya bau yang bikin semua orang kabur.
Mama: Kamu paling suka sama siapa?
Dudu: Aku suka cheetahnya karena dia bisa lari cepat. 

Si honey badger jadi sigung ternyata di mata Dudu. Anyway, selain Bunga (yang ternyata laki-laki itu) ada Fuli si cheetah (yang ini perempuan) yang bisa lari cepat, Besthe si kuda nil yang kuat dan Ono si burung bangau yang matanya tajam dan sering diandalkan untuk mengawasi dari udara. Kion sendiri bukan anak singa sembarangan. Singa pewaris “Roar of the Elders” ini adalah anak kedua Simba dan Nala. Kekuatan Kion tidak main-main karena hanya dengan mengaum, pohon bisa berguncang dan dunia bisa berhenti. Maka itu Kion ragu-ragu ketika harus menggunakan kekuatannya untuk bertarung melawan pemimpin baru kelompok buaya.



Kalau Dudu suka cerita ini karena Kion yang pemberani dan berjiwa pahlawan, saya paling menanti munculnya Mufasa dari balik awan dengan segudang nasihatnya. Nasihat yang diam-diam saya catat dalam hati dan simpan untuk nanti kalau ada masalah di kehidupan sehari-hari. Nasihat untuk buaya yang tadi ada di paragraf pertama sih sudah digunakan waktu Dudu harus melawan teman sekelasnya yang suka membully dia.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari serial ini. Mulai dari soal berteman, tentang toleransi, tentang kepemimpinan dan tanggung jawab. Di cerita kedua, Mufasa memberikan nasihat bahwa air itu tidak jahat dan makhluk hidup butuh air. Dan walaupun solusi Bunga terlihat mudah dilakukan, bukan berarti solusinya adalah yang paling tepat untuk seterusnya.

 

Di akhir acara, sementara yang lain mewarnai, Dudu sibuk nonton lagi haha. Ditemani cupcake Kion dan kertas tracing. Acara screening berakhir dengan pengumuman lomba mewarnai. Jadi inget, tahun lalu Dudu ikutan lomba mewarnai di acara screening Miles From Tomorrowland.

Well, you know it’s Disney when the OST is super catchy and stays in your head days after your first hear it. Di setiap episode The Lion Guard, juga akan selalu ada lagu yang menemani ceritanya. Jadi untuk yang kangen dengan Hakuna Matata dan I Just Can’t Wait To Be A King, silahkan tunggu The Lion Guard setiap minggu pagi ya.

And don’t miss the ending song.

Pahlawan dan Persahabatan di BoBoiBoyThe Movie

$
0
0
Sebenarnya kita dilema, mau nonton BoBoiBoy, The Jungle Book atau The Huntsman. Karena mendadak akrab dengan BoBoiBoy board game yang dilaunching Indomilk beberapa waktu lalu, saya dan Dudu jadi semangat nonton filmnya. Waktu yang kita pilih bertepatan dengan CGV Blitz Family Movie Time. Kebetulan nih, jadi kesempatan mencoba fasilitas CGV yang satu ini juga.
"Ceritanya tentang Tengkotak, sekelompok alien kotak yang jahat, yang menginginkan Ochobot dan kekuatan teleportasi. Mereka menculik Ochobot untuk menguasai galaksi. Ochobot ternyata merupakan salah satu generasi terbaru Sfera Kuasa dan pasukan Tengkotak ini adalah pengumpul Sfera Kuasa dan ingin menangkap yang bentuknya seperti spider itu, Ma. BoBoiBoy dan teman-temannya melawan mereka tapi gagal. Mereka pergi ke Pulau Terapung bersama Cigku Papa untuk menyelamatkan Ochobot." - Dudu



Dudu: Adegan yang aku suka... *sensor*
Mama: Ya, membocorkan ending dong itu.
Dudu: Baiklah, jangan tulis itu. Kalau begitu saat Ochabot terupgrade.
Mama: Bukan saat Jerome (ikan hiu) berkaki jatuh dari jurang?
Dudu: Yang Adudu sudah melambaikan tangan tapi ternyata eh, diselamatkan oleh Cigku Papa.
Mama: Lalu?
Dudu: Saat Ochabot mau dijemput kakeknya lalu dia ribut kalau dia tidak punya kakek.

Saya sedih karena Fang kurang berperan. Rasanya tokoh Fang menjadi favorit saya karena gayanya yang cool dan kekuatannya yang berbeda. Kalau tidak nonton filmnya, pasti disangka Fang ini orang jahat karena kekuatan bayangan dan aura suram yang dimilikinya. Dan Dudu juga suka Fang. Meskipun sepanjang film, setiap ada alien hijau muncul, saya selalu menunjuk “Nah, itu kamu, si Adudu.”

Ngambek deh anaknya.





“Pertemanan sejati jangan bohongi janji,” kata Dudu. Agak sulit memang kalau temannya seorang superhero yang sedikit-sedikit harus menyelamatkan dunia. Sampai Gopal menyindir BoBoiBoy untuk berteman saja dengan dunia itu. “Kebenaran tu, tak payah seorang seorang,” kata Cikgu Papa kepada BoBoiBoy, dan memang itulah yang akhirnya terjadi di sepanjang film. Meskipun teman-temannya ngambek di awal cerita karena BoBoiBoy lupa dengan acara berkemah, tapi akhirnya mereka berjuang bersama melawan Borara dan pasukan Tengkotak untuk menyelamatkan Ochobot.

Ketegangan di sepanjang film mendadak reda dengan hobi selfie Cikgu Papa dan beberapa kejadian konyol yang tidak terduga. Adudu dan Probe juga menyumbang tawa, terutama saat Adudu jatuh cinta pada salah satu personil tetap Tengkotak. Yang jelas anak-anak akan terhibur karena jumlah BoBoiBoy di layar ada jauh lebih banyak daripada yang biasanya ada di TV. Jangan langsung beranjak ketika film berakhir ya, setelah iklan coklat di akhir cerita ada cerita penutup yang bikin tertawa juga.

Komentar pertama Dudu ketika film dimulai dan komentar terakhir ketika film selesai adalah: “Kok lampunya tidak mati, Ma?”

Dudu bingung. Haha. Soalnya memang ternyata lampunya tidak mati karena ya kan bioskop untuk anak-anak. Banyak keluarga yang menonton dan tempat duduknya penuh sampai hampir ke depan. Karena family juga, makanya banyak anak yang berteriak menyemangati BoBoiBoy dan ada yang bertepuk tangan ketika akhirnya si penjahat kalah. Di luar dugaan, tidak banyak anak nangis dan mondar-mandir. Mungkin karena filmnya terlalu seru saya jadi tidak menyadari juga.


CGV Blitz adalah bioskop kesayangan saya selain karena beli tiket tidak perlu antri (kalau punya kartunya), popcornnya juga murah dan enak haha. Jadi demi yang satu ini saya sampai pergi ke Teras Kota. Meski kini sudah jadi CGV, program yang satu ini tidak dihilangkan.Dudu terlalu besar buat nonton di Family Movie Time. Tapi untuk yang punya balita atau bahkan batita, nonton di jam Family Movie Time ini recommended banget. Selain kitanya tenang karena tidak ganggu penonton lain (kan semuanya bawa anak), stroller juga bisa masuk dan diparkir di depan. 

BoBoiBoy terbaik.

Superhero, Sidekick and Villain

$
0
0
Ketika film Captain America Civil War keluar, saya dan Dudu sama-sama excited. #TeamCap atau #TeamIronMan. Once upon a time, Dudu ngefans berat sama Iron Man karena Iron Man pintar, ganteng dan punya banyak uang. Tapi kali ini, si penggemar zombie sudah berpindah hati. Ke siapa? Bukan Captain America. Tapi seorang tokoh sampingan bernama Scarlett Witch. 

Foto Dudu review mainan Captain America Civil War. Jangan lupa ikut kuis nobarnya. Thanks XYKids!
Hah? Kenapa harus ke random Avenger yang diperankan Elizabeth Olsen ini? Mama curiga karena anaknya sudah ABG dan Wanda Maximoff ini cantik.
Dudu: Kekuatannya keren.
Mama: Ooo... Oke (sedikit lega)
Dudu: Bisa menembak-nembakkan plasma.
Mama: Oke. Tetap saja pemeran pembantu.
Dudu: Daripada Mama yang jatuh cinta sama penjahat.

Ups.
Kalau ditanya Avengers favorit saya, jawabannya Loki. Ya siapa sih yang tidak jatuh (cinta atau kasihan?) dengan adik angkat Thor yang ternyata frost giant itu? Apalagi setelah ibunya meninggal dibunuh dark elf dan dia sendiri gugur di pertempuran (oh ya?). Kan saya sebagai seorang ibu jadi tergerak untuk suka sama Loki. Yeah right. Padahal Loki licik, Loki ganteng dan Loki charming.

Dudu suka sidekick dan saya suka villain. Bahkan di film BoBoiBoy saja Dudu suka Fang dan saya suka Adudu yang hijau itu. Memangnya apa salah superheronya sampai kita berdua tidak ada yang suka?

Mungkin asal mulanya.
Iron Man punya masa lalu yang seru dan otaknyalah (dan mungkin uang) yang menyelamatkannya dari kematian. Iron Man juga bukan superhero yang sempurna karena gara-gara dia, Scarlett Witch dan Quicksilver kehilangan keluarga dan orang tua mereka. Karena Andrew sekarang ngefans Scarlett Witch, otomatis bye bye Iron Man. Masa lalu Loki membuat saya super maklum dengan kejahatan dan kelicikannya. Anak angkat yang selalu kalah dari Thor, dan bahkan ketika dia seharusnya jadi Raja karena Thor dibuang dan Odin mendadak koma, tidak ada yang setuju. Kasihan. Captain America... Well, saya dan Dudu bahkan belum nonton Winter’s Soldier haha.


Sidekick itu posisinya dianggap lebih rendah.
Sebuah artikel yang diterbitkan oleh National Association for the Education of Young Children di Amerika Serikat menyatakan bahwa kebanyakan masalah yang terjadi pada konsep superhero di anak-anak kecil adalah menempatkan temannya pada posisi “sidekick” yang dianggap sebagai pembantu superhero. Dalam film Avengers yang pertama, Loki berhasil mengacak-acak para superhero ini karena masing-masing punya ego sebagai pemeran utama di filmnya. Dan ketika mereka harus bersatu di film Avengers, ego itu agak mengganggu. Lalu Black Widow dan Hawkeye hanya menyaksikan dari pinggir arena saja (karena mereka belum punya film sendiri)

Film Superhero tidak seru tanpa sidekick dan villain.
Deb Pilutti pengarang buku 10 Rules of Being A Superhero menuliskan bahwa Every superhero needs a sidekick. Film Iron Man mungkin seru, tapi kalau tidak ada War Machine mungkin tidak akan selucu itu. Thor juga keren, tapi kalau tidak ada Loki yang mengacak-acak semuanya mungkin ceritanya jadi basi. Jadi peran mereka sama pentingnya. Sudah nonton the Lone Ranger? Johnny Depp memilih peran Tonto, yang merupakan side kick, dan mencuri hampir seluruh perhatian penonton dengan aksinya. Sidekick bisa lebih keren! Atau Sherlock dan dr. Watson. Atau Spongebob dan Patrick (mereka bukan Superhero sih).

Lalu blog post ini sebenarnya mau ngomong apa?

Hubungan superhero-sidekick dan superhero-villain sama seperti hubungan saya dan Dudu. Okelah, mungkin Scarlett Witch dan Loki tidak pernah bertemu. Tapi saya suka Hawkeye juga dan si pemanah punya hubungan cukup rumit dengan si penyihir di film Avengers Age of Ultron. Mulai dari bermusuhan hingga jadi satu tim yang memotivasi. 

Saatnya Mama jadi sidekick
Kalau Dudu sedang jadi superhero, ikut lomba fashion show, maka saya jadi sidekick yang mendukung dan mengantar dia ke lokasi lomba. Kalau saya yang sedang ramah-tamah di acara blogger, maka Dudu bagian penggembira dan ikut membantu menuliskan reportasenya. Kalau Dudu sedang jadi superhero, punya uang hasil kerja buat beli game zombie, maka saya jadi villain yang jahat dan berusaha menggagalkan rencananya karena saya tidak setuju dia beli game zombie. Kalau saya sedang jadi superhero, dapat bonusan buat pergi nonton konser Kpop, Dudu jadi penjahat yang terus-terusan menyela idola saya supaya saya tidak jadi pergi karena menyaksikan laki-laki pakai eyeliner itu buang-buang uang.

Jadi seimbang kan?
Jadi tidak sabar juga untuk nonton Captain America nih.

Meeting Gus Dur’s Daughter, A Behind The Scene Story

$
0
0
I met Inayah Wahid in an interview for JAX.co.id. And I fell in love with her vibrant personality, her endless energy and her sincere adoration of her father. Nay, as she often called, is the youngest daughter of the late Gus Dur and I was lucky to spent an hour with her. This is out of topic for my usual parenting-traveling post but I just have to blog this because somehow, our conversation was about father-daughter relationship and responsible traveling.

(photo courtesy of JAX)

I didn’t know what to expect when an interview request came to my phone. Inayah Wahid. I remembered her slightly as the pink-haired president’s daughter who brighten up the palace with her lively mood. She was on time for a super busy person and still as cheerful as I remembered her to be. We talked right away about her current movement, Travelogi Indonesia, which is promoting responsible traveling. “When we visit a place, we must see it as a subject, not an object. So it’s like we’re visiting someone’s house.” She then recalled a story about family trip to Bali and ended it with a shocking tale.

“You know what, the driver told me that if someone is happy to get into Kuta then he/she must be a tourist. If someone is happy to leave Kuta then he/she must be a local. That’s how much tourism has changed a place.”

Apparently, it’s more than just trash and destroying nature. Traveling is in her nature, with a father like Gus Dur, you’ll see the world no matter what. Picnic is opening your eyes and your mind, she said. So go out and travel. Even if it’s for business or conference, spend and extra day to explore and experience the local life.

Then we moved on to her other passion, art. Basically anything about stage performances will cheer her up. It wasn’t an easy thing to do because sometimes she’s acting with people as equally busy as her (she has at least 3-4 foundation/movement/network in her routine care) but chemistry helps. If chemistry is there and the other people are professional as well, it isn’t hard to put a good show even with minimal practice time together. So there’s no reason to skip acting. Nay said she stressed out when she missed acting on stage.

I remembered reading her name in one of the article I was writing about a charity performance done by an orphanage foundation a while ago. I didn’t expect her into theater then. A Google search on her name the day before the interview brought another surprising fact that she was acting on a sitcom. Going mainstream? Nay said she wanted to try something new. “In theater, you stay in character for the whole show. You have to improvise and do damage control on stage if anything goes wrong. In sitcom, one scene can be repeated a dozen times which mean you’re going in and out the character with the director’s cut and action sign.” She still prefers theater.

Nay’s sincere admiration of her late father impressed me. She’s doing what she likes and despite having to share a father figure with a country, she was doing real well growing up. One parenting lesson I received from her growing-up story is how as a father, Gus Dur once apologized for not being able to put his family first. As a parent, I find it hard sometimes to say sorry to my son. Especially when it comes to working long hours and placing him second after money (or maybe third after Kpop). If someone like Gus Dur had the gut to apologize, I figured at least once I should say sorry to Andrew for not prioritizing him, especially when I’m the only parent he can meet physically. As Nay put it, “seeing my father apologized didn’t bring disappointment, it made me admire him even more and understand what happened. So I was okay not being placed first priority.”

Then there’s another lesson: “My father never told his children what to do. He set examples and we followed his path.”

Recently, Andrew told me his friends said he was lucky to have a mom like me. Why, I asked. He said the other moms confiscate tablets and gadgets on weekdays. “You doesn’t care, Mom. So I don’t feel threatened.” Well, I didn’t try to be Gus Dur but I guess hearing what Nay said about his father as a parent encouraged me to do the same. I imagined his father would be super proud when he heard how his children are following his path and are determined to continue what he was fighting for, in their own unique way. I know I would be proud when Andrew do that, voluntarily following my footsteps but still proudly showing who he is. A child, not a copy cat.

In the end of my conversation with Nay, I went home thinking about how I would write the article. But it was a Q&A and I had a lot of leftover feelings. Nay is one great storyteller. She laughed and teared a little bit during the interview but she left a deep impression on everyone. At least on me.

Otherwise I wouldn’t write a 900-word blogpost about her. In one sitting.
Thanks for bearing with me til the end. I will return to the regular post (in Bahasa Indonesia) after this. Thanks for everyone at JAX for trusting me with this task.


Buku Murah Big Bad Wolf Book Sale: Mulai dari Mana?

$
0
0
"Ma, kita mulai dari mana?"
Nekat menerobos macetnya Jakarta di hari Jumat sore akhir bulan, kita sampai juga di preview Big Bad Wolf Book Sale, ICE BSD jam 8.30 malem. Horeee buku murah. Yuk siap-siap belanja.



Where? 
Lokasinya di hall 10, yang paling ujung dari ICE. Dudu sampai bilang "Mom, why are we on the countryside like this?" Haha. Bagusnya ya dekat dengan parkir mobil. Kendaraan umum susah ke sini tapi nya.

Ada apa saja? Buku anak-anak mulai dari board book sampai buku mewarnai. Buat orang tuanya ada buku fiksi, romance, movie dan lainnya. Ada banyak komik juga, dari Garfield sampai Avengers. Buat yang anaknya mau ABG seperti saya dan sering kesulitan cari buku untuk dibawa ke sekolah untuk reading time, book sale ini seperti harta karun. Lumayanlah daripada harus berburu buku ke Singapura.

Harganya? Rata-rata 30rb sampai 70rb untuk buku dan yang berupa box bisa sampai 200rb. Komik impor seperti Avengers, Captain America dan IronMan harganya sekitar 150rb. Bisa bikin kalap sih. Pembayaran bisa dengan cash, debit dan credit card kecuali Debit BCA. Karena atm terdekat ada di kampus sebelah, sebaiknya datang ke sini sudah siap bayar.




Karena masih preview, waktu kita datang ke sana tidak terlalu ramai. Begitu masuk disambut buku anak-anak mulai dari Peppa Pig, Toy Story, Hello Kitty, Frozen dan tokoh-tokoh lain yang bikin kalap haha. Kalau kita bingung, di sana banyak yang bisa membantu menunjukkan di mana buku yang dicari. Buku fiksi disusun alphabetical berdasarkan nama pengarang. Kemarin kita belanja kurang lebih 10 buku dengan total transaksi 610rb. Selain buku sendiri, ada juga buku yang akhirnya dibeli untuk stok kado.

Andrew dapat Where's Wally, buku hidden object yang dia suka. Lalu komik Garfield dan buku novel Zombie. Mama dapat buku novel Jack Reacher juga. Jadi tidak harus mulai dari mana. Kemarin kita menyusuri semua bagian, meskipun ada bagian yang masih terlewatkan juga. Mulai dari pintu masuk lalu belok kiri. Tapi buat yang sudah tau mau cari apa, tinggal lihat tulisan petunjuknya lalu langsung menuju mejanya. Buat yang cari buku Indonesia, juga ada lho dari penerbit Mizan. 




Yang harus diperhatikan:
  • Siap-siap untuk menghabiskan waktu 1-2 jam di sini. Jadi, mungkin ada baiknya datang pagi dibandingkan malam kalau bersama anak-anak. Meskipun ada cafe, tapi bazaar ini terletak di ICE yang berarti tidak ada food court dan makanan yang proper untuk anak-anak.
  • Kalau bawa anak, hati-hati tenggelam di lautan buku yang disusun cukup tinggi. Susunan buku-bukunya bisa sampai sepundak saya, beberapa bahkan lebih tinggi. Jadi saya dan Dudu sempat terpisah, dan Dudu sempat ketutupan buku karena sedang menunduk membaca buku. 
  • Jarak antara tumpukan buku cukup lebar dan pertama masuk kita diberikan trolley. Bisa jadi petualangan seru untuk anak-anak. Dan kalau bisa bawa trolley, berarti bisa bawa stroller. Kemarin saya lihat ada beberapa pasangan yang datang dengan stroller. Ketika si kecil tidur, Papa Mama bisa puas berburu buku juga.
  • Tentukan dari awal, mau mencari buku apa. Meskipun saya ke sini tidak ada plan apa-apa, tapi beberapa orang tua (yes, I overheard) yang ketika di pintu masuk membuat deal dengan anak-anaknya: "satu orang tiga buku ya" atau "total harga bukunya tidak boleh lebih dari Rp200 ribu ya". 

Siapa sih Big Bad Wolf ini? Menilik websitenya, Big Bad Wolf adalah warehouse sale untuk buku di Malaysia. Dimulai pada tahun 2009, Big Bad Wolf kemudian mengadakan tur sale keliling Malaysia, dan menjanjikan bahwa tidak ada dua sale yang sama. Buku yang ditawarkan beragam. Big Bad Wolf berkeliling bersama Red Readerhood yang bertujuan untuk donasi. Jadi kalau mampir ke bazaar buku yang satu ini jangan lupa ikut berdonasi ya. Tempatnya ada setelah kasir buku.

Book sale ini masih sampai tanggal 8 Mei jadi masih banyak kesempatan untuk ke sana. Kita sepertinya akan balik lagi. Belum puas berburu buku.

Captain America Civil War: Two Shades of Truth

$
0
0
Fenomena #TeamCap dan #TeamIronMan sudah berlangsung beberapa lama. Dan setelah nonton Captain America: Civil War, kita makin bingung memutuskan ada di tim yang mana. Bukan masalah baik dan jahat, tapi masalah siapa yang benar?

Akhirnya nonton film ini setelah sempat tertunda oleh kelamaan di Big Bad Wolf Book Sale hari Kamis kemarin. Nonton ini tanpa ekspektasi apa-apa karena saya bukan fans Captain America. Dudu juga nonton cuma untuk melihat Wanda Maximoff. Film ini sebenarnya tidak perlu sosok penjahat, dan penjahatnya juga tidak memiliki super power apa-apa. Soalnya avengersnya sudah sibuk berantem sendiri dengan ego dan kepercayaan masing-masing.


Berawal ketika Scarlett Witch tidak sengaja membakar gedung di aksi penyelamatan terakhir tim Avengers di Wakanda, badan PBB merasa perlu meregulasi penggunaan kekuatan Avengers untuk menyelamatkan dunia. Dengan Thor dan Hulk menghilang, Iron Man dan Captain America harus terpecah menghadapi peraturan baru yang dikeluarkan konferensi Sokovia ini. Terlalu banyak casualties alias korban meninggal dari warga sipil. Lalu Bucky, si Winter Soldier, meledakan gedung tempat penandatangan kesempatan dan menewaskan Raja Wakanda. Captain America yang yakin dia tidak bersalah, harus bertempur melawan Iron Man dan timnya untuk membuktikan kebenaran. Tapi Captain America tentunya tidak sendirian.

Civil War memaksa kedua pimpinan yang sama-sama keras kepala mencari sidekick yang kuat. Iron Man menarik Spiderman dari Queens sementara Captain America entah bagaimana membawa Ant Man. Agak aneh memang karena mereka hanya tampil sedikit, tapi karena Spiderman baru sudah mau muncul, jadi wajar saja kalau Peter Parker muncul sedikit di Captain America, dengan bibi May yang terkesan lebih mirip Kim Kardashian daripada Mrs. Doubtfire.

Tapi film ini tidak meninggalkan kesan apa-apa untuk saya dan Dudu, yang lebih sibuk menghabiskan popcorn. Where's Loki when you need him? Haha.

"Civil War 100% adalah kisah tentang Steve," jelas Christopher Markus, penulis cerita film ini. "Avengers adalah milik Iron Man." Saya banyak bengong karena tidak nonton Winter Soldier dan tidak tahu siapa ini si Bucky dan kenapa hidupnya rumit sekali. Memang sebaiknya yang mau menyaksikan film ini dan belum nonton Winter Soldier, browsing sedikit tentang film pertamanya. Karena ini film Captain America, maka fokusnya di Captain America. Kalau tidak, nanti tidak ada bedanya dengan Avengers dong. Sebenarnya fokus saya ada di hidung mancung Chris Evans. Memang sih, di film ini lebih banyak scene milik Sam Wilson, Natasha Romanoff dan tentu saja si Winter Soldier. "Dengan judul Civil War, tidak mungkin hanya ada 3 orang bertarung, itu namanya berantem dan bukan perang," jelas Markus. 


Filmnya 13+. Mungkin untuk adegan kekerasan dan sedikit adegan ciuman yang bikin saya ingin menimpuk sang jagoan. Banyak bom, dan banyak darah-darah. Banyak adegan tembak-tembakan juga. Apalagi ini superhero vs superhero, mungkin anak yang lebih kecil akan sulit memahami konfliknya.

Mama: Menurut kamu Captain America bagaimana filmnya?
Dudu: Bagus. Soalnya mereka berantem dengan diri sendiri karena beda pendapat.
Mama: Menurut kamu siapa yang benar?
Dudu: Captain America. Karena dia tahu siapa penjahatnya.
Mama: Kan Captain America melanggar peraturan.
Dudu: Tetap saja. He does the wrong things for the right reasons.
Mama: Jadi kalau alasannya benar, kita boleh langsung hajar?
Dudu: Ya, kalau bisa sih, you think first what other people would do to you just because they don't know the truth.
Okelah, sepertinya si anak kelas 5 SD paham alasannya.


Film ini seperti konflik remaja vs orang tuanya. Yang satu bilang peraturan membuat semuanya jadi rapi dan teratur, sementara yang lainnya bilang peraturan membatasi hak-hak mereka. Debat Iron Man dan Captain America tentang Scarlett Witch contohnya. Yang satu melihat Wanda sebagai anak kecil, yang satu lagi melihatnya sebagai berbahaya. Dan yang meragukan kewarasan Wanda malah meminta bantuan anak SMA berbaju laba-laba untuk membantu timnya. Jadi, siapa ada di tim yang mana?

"Tergantung seberapa passionate penonton terhadap pilihannya karena cerita (Civil War) ini bukan tentang seorang penjahat yang ingin menguasai dunia. Banyak yang abu-abu di sini," cerita Markus di interviewnya dengan Screenrant.

Final lesson from this movie is this quote:
"I asked her once how she managed to master diplomacy and espionage at a time when no one wanted to see a woman succeed at either. And she said "Compromise where you can. Where you can't, don't. Even if everyone is telling you that something wrong is something right. Even if the whole world is telling you to move, it is your duty to plant yourself like a tree, look them in the eye, and say 'No, YOU move'." ~ Sharon Carter

Tapi Dudu memang paling mirip sama Spiderman. Soalnya punya hobi menolak menyelamatkan dunia hanya karena dia punya PR dan tidak bisa bolos sekolah. adalah Kerenlah pahlawan yang satu ini. Jadi next kita harus nonton Spiderman.  

Shrek The Musical Jakarta, Nonton Musikal Sama Anak

$
0
0
Nonton bioskop? Sudah biasa. Sekali-sekali kita pergi nonton musikal dong. Gara-gara tiket murah yang beredar di kantor dan ajakan teman, kita berdua pergi nge-date di Ciputra Artpreneur, menyaksikan Shrek The Musical Jakarta. Acara yang tidak ada dalam agenda long weekend ini ternyata meninggalkan kesan yang cukup mendalam.

Foto berdua, lalu diuber-uber ushernya disuruh masuk karena waktunya mepet. 
Ceritanya masih sama, Shrek si Ogre yang tinggal sendirian di swamp mendadak kedatangan banyak karakter Fairy Tale yang dibuang oleh Lord Farquaard dari Duloc. Bermaksud mendapatkan kembali rawa-rawa miliknya, Shrek pergi ke Duloc menghadap Lord Farquaad. Dalam perjalanan, dia bertemu Donkey yang super cerewet. Setelah diselamatkan, Donkey memutuskan untuk menjadi sahabat Shrek dan menemaninya ke Duloc (meskipun Shrek tidak mau punya sahabat ataupun ditemani). Lord Farquaard yang pusing karena dia tidak bisa jadi raja kecuali menikahi seorang putri, kemudian menyuruh Shrek menyelamatkan putri Fiona di menara yang dijaga naga sebagai ganti hak milik rawa-rawanya.

Nah, Fiona inilah yang selalu mencuri perhatian. Entah bagaimana, buat saya, prensence-nya terlalu dominan di panggung. Berdiri saja, karakter lain sudah ketutupan. Suaranya merdu, wajahnya cantik dan actingnya bagus. Pemain Lord Farquaard dan Donkey juga memiliki kharisma sendiri di atas panggung.

Nonton Shrek The Musical Jakarta dengan anak-anak di Indonesia ternyata tidak seketat nonton di luar. Waktu membawa Dudu nonton The Lion King di Marina Bay Sands, Singapura, beberapa tahun lalu, tidak ada kata terlambat masuk atau anak kecil yang menangis. Yang kali ini lebih banyak toleransinya. Mungkin karena orang Indonesia juga bandel-bandel ya. Sudah tinggal 10 menit masih foto-foto dulu (ini saya sih haha), masih ke toilet dulu, masih minum Starbucks dulu dan lain sebagainya. Sempat ada anak yang menangis juga di awal musikal karena mungkin Shreknya agak terlalu seram dibandingkan dengan versi kartunnya, plus suasana gelap karena lampu yang dipadamkan dan suara yang menggema. Tapi setelah cerita berjalan, semua ikut tepuk tangan dan tertawa bersama para pemain.


Apa yang harus diketahui tentang membawa anak nonton Shrek The Musical Jakarta?
  1. Musikal ini berdurasi sekitar 2 jam dengan intermission 15 menit di tengah-tengah. Ada 2 kali pertunjukkan hari itu, jam 3 dan jam 8. Kita nonton yang jam 3 karena Dudu selalu tidur jam 9. 
  2. Anak-anak bisa minta dudukan kursi tambahan, jadi mereka bisa duduk lebih tinggi, melihat ke panggung tanpa terhalang orang yang duduk di depannya.
  3. Dapat tempat duduk di pinggir kiri depan, sampai tidak bisa lihat Lord Farquaard naik kuda, ternyata tidak membuat kami kecewa, Dudu bisa melihat 'behind the scene' panggung theatre seperti orang-orang yang menggeser properti dan entry-exit para pemain dari sebelah kanan.
  4. Usahakan datang setidaknya 30 menit lebih awal. Ciputra Artpreneur ada di lantai 11 dan jika Anda parkir di Lotte Shopping Avenue, harus antri naik lewat lift Satrio atau naik eskalator yang lumayan banyak. Butuh waktu sekitar 15 menit dari parkiran basement LOVE sampai ke atas. Kalau tidak mau sekalian ke Mall, sebaiknya sih parkir langsung di lantai atas.
  5. Masuk duluan, terutama kalau tempat duduknya tidak dekat jalan. Selain bisa duduk dengan tenang, ada kesempatan memperkenalkan teater pada anak. What to expect when you're watching a musical. Misalnya memberi tahu anak kalau lampu anak mati, di mana asalnya musik dan lain sebagainya.
  6. Kemarin tidak dapat program book, tapi memang kita datangnya sudah mepet jadi mungkin sudah habis. Tapi untuk yang penasaran dengan cast, crew dan musikal Shrek itu sendiri, ada program book yang bisa dilihat online. Kemarin saya browsing sendiri karena penasaran. Haha.
  7. Ada teks bahasa Indonesia di layar sebelah kanan dan kiri panggung, jadi untuk yang tidak bisa berbahasa Inggris, jangan khawatir ketinggalan cerita.
  8. Oh iya, tidak boleh bawa makanan dan minuman ke area theatre. Untuk yang sudah terlanjur bawa botol minum, bisa dititipkan di meja pemeriksaan dan diambil ketika pulang.
  9. Tidak boleh bawa kamera dan cellphone harus di-silent. Tenang saja, nonton Shrek membuat kita lupa ngecek HP kok. Untuk yang mau lihat foto-fotonya bisa cek ke web resminya Shrek The Musical Jakarta ya.

Shrek The Musical memenangkan best costume di Tony Award. Tidak heran sih, dengan Lord Farquaard yang entah bagaimana bisa jadi pendek (padahal pemain aslinya setinggi pemeran Shrek), dan Fiona yang bisa berubah jadi hijau di atas panggung, musikal ini menyimpan banyak "misteri" yang membuat saya dan Dudu penasaran.

Dudu suka? Banget. Banyak adegan lucu yang bisa ditertawakan bersama, dibahas bersama, dan jadi kesempatan saya mendorong Dudu supaya jadi pemain teater saja kelak. Haha. Saya sudah semangat mempromosikan bahwa teater itu seru dan keren, tapi Dudu hanya menjawab "aku kan tidak bisa menyanyi. Suaraku tidak bagus." Yahhh, Dudu.


Shrek the Musical masih akan berlangsung hingga 22 Mei. Weekdays ada 1 show dan weekends ada 2 show. Jangan takut tiketnya mahal, karena ada promo kartu kredit. Sempatkan nonton ya.

How honest are you with your blog?

$
0
0
Unlike print media, a mistake that's done on a digital post can easily be corrected. I'm the one who would re-read a blog when it's published, searching for typo, extra space or broken link/missing pictures. But I don't go beyond that. If I update a post (usually for keeping up with the current situation like the one I did with Big Bad Wolf Book Sale story), I would let my readers know. If possible, I would just write a new post. That's where I draw the honesty line.

Then again, honesty is such a lonely word. Is honesty the best policy in blogging world? Will you be alone if you're too honest?
Well, I had this honesty debate with Dudu when we're reviewing a hotel in Malang. I found the hotel okay, but Dudu has almost no positive things to say about the accommodation. He has a valid reason and his own 5-star standard when it comes to a hotel review. He found none of the stars in the hotel. Fortunately, it wasn't a paid review so I don't have to worry.

Why being honest? Well, I started blogging because I love to write. It was back in god-knows-when, in the form of a brutally honest diary where I would put everything from cynical lyrics to frustration lines. So why change now? Writing is sacred because it's embedded in my name by my grandfather when I was born. Then I became a journalist and that, too, made me think of writing as a form of honesty. So, you'll find no exaggerated opinion or story, just for the sake of traffic.

As an adult, and an editor in my previous life, I restrict myself from being too blunt. I don't write everything because some are just "off-the-record," but that doesn't mean I made up stories to fit in the (monetizing) opportunities in front of me. My 10-year-old partner however, has another idea about saying what's in his mind. Dudu's essay on honesty got a recognition from KPK earlier this year. So, there you go. His part of this blog is always talking truth, I rarely cut his dialogues and opinion.

Recognition from KPK's leader
Here are my rules with honest blogging:
  1. Be as honest as you're comfortable with. 
  2. Be as honest as the society allows you to.
  3. Consider to compromise when you realize that your standard for truth may be different with that of your audience. 
  4. But compromise only the standards, not the truth.
  5. Doesn't mean you have to follow someone else's standard though.
  6. It's okay to have things left unsaid...
  7. ... or create an anonymous blog for the unspoken pieces. Everyone has alter ego. Well, Shinichi Kudou does.
  8. Cite your sources properly.
As for competitions, I personally prefer to not participate if I can't finish the piece on time or if I can't write a fitting piece to be submitted according to the theme. Now I sound like a snobbish perfectionist. Well, in this English Friday challenge, you gotta write the truth, right?

So, deal with it.


Belajar Tentang Rumah Ramah Anak di IKEA

$
0
0
Hej Da!

IKEA itu sama saja dimana-mana, Tapi ketika pintu dengan tulisan "Hej" bergeser, ada excitement sendiri melangkah masuk ke IKEA Indonesia untuk pertama kali. Berbulan-bulan setelah Dudu pergi duluan ke IKEA bersama orang tua saya. Papa saya, yang setia menemani ketiga anaknya keluar masuk IKEA di awal masuk kuliah sepertinya jadi fans berat toko tersebut. Selain itu, memang Papa yang paling hobi menggeser dan mengganti isi rumah.

Ruangan Kamar Ana
Yah, keduluan Dudu. Ketika akhirnya IKEA buka di Indonesia, saya adalah salah satu orang yang ingin langsung terbang ke sana. Terbayang makanan enak menanti. Yes, jaman kuliah dulu, selain tempat belanja furniture untuk memenuhi apartment sewaan, IKEA adalah tempat favorit untuk pergi Sunday Brunch. Tapi apa daya, rupanya seluruh Indonesia juga berpikiran sama dengan saya.

Saya sendiri baru mampir ke IKEA Indonesia, pertama kalinya di awal Mei kemarin, itu pun berkat ada acara TUMNgopiCantik dari The Urban Mama. Ada yang berbeda dari acara TUM Ngopi Cantik kali ini karena diadakan di ruangan "kantin" IKEA yang berjendela besar, di pagi hari yang cerah sebelum long weekend. Yang dibahas? Tentunya tentang rumah ramah anak. "Living With Children," yang dibawakan oleh Diana Pratiwi atau yang dikenal dengan Mama Montje.

Ini "kantin" IKEA yang bikin jatuh cinta
Mama Montje bercerita
IKEA dan sudut pandang anak
Bagaimana memilih furniture untuk anak-anak?

Safety

"Buat apa design oke dan harga reasonable, kalau tidak aman untuk anak?" Begitu kata Mama Montje. Jadi, pilihlah furnture yang ujungnya tidak lancip, materi yang aman bagi anak dan dapat dikunci. Orang tua terkadang melupakan laci-laci bagian bawah seperti di dapur dan ruang keluarga. Laci-laci ini dapat mengakibatkan anak kejepit.

Multifungsi

Kalau sudah bosan, dengan satu rak baju, mau ditaruh di mana? Kalau menurut Mama Montje, lemari baju di kamar anak bisa dipindah ke ruang keluarga dan bahkan menjadi lemari piring di pantry. Asalkan warna dan desainnya netral. Jadi, kalau membeli furniture, sebaiknya hindari yang bergambar superhero atau tokoh favorit anak, karena begitu anak sudah besar, lemari bergambar Batman tentu akan sulit mendapatkan tempat di ruang tamu. Yah, sudah terlanjur beli, gimana dong? "Kita bisa cek apakah gambar tersebut berupa stiker atau lapisan. Jadi ketika kita mau memindahkannya atau merubahnya jadi multifungsi, lemari tersebut hanya perlu di-repaint aau dilepaskan stikernya," saran Mama Montje.

Edukasi
Anak-anak selalu bermain sambil belajar jadi yang namanya furniture anak sebaiknya memiliki fungsi tambahan sebagai alat belajar. Misalnya kitchen set yang bisa digunakan untuk main masak-masakan sama Mama atau meja-kursi yang bisa digunakan main tea party bersama teman-temannya. 


 

Tapi "Living with Children" itu lebih dari sekedar mendekorasi ruangan dengan furniture yang sesuai dengan ketiga ketentuan di atas. Warna misalnya, mempengaruhi anak secara psikologis. Anak pemalu sebaiknya mendapatkan kamar dengan warna cerah, sementara anak yang sudah aktif sebaiknya memiliki kamar dengan warna yang lembut. Selama ini kamar Dudu adalah 'warisan' dari kamar saya. Rumah jaman dulu yang temboknya putih dan jendelanya besar-besar. Saya pribadi memang tidak pernah menjadikan warna tembok kamar sebagai pertimbangan, yang penting ada sinar matahari masuk. Kamar yang kami tempati saat ini, kalau masih siang, tidak perlu menyalakan lampu. Yang masih menjadi PR adalah area bermain si Dudu yang sepertinya ada di mana-mana, bukan hanya di 1 kamar. Selain karena rumah itu memang rumah sejak saya masih kecil, dengan barang-barang peninggalan yang banyak, Dudu pun memiliki mainan bayi yang tidak sedikit jumlahnya. Masalahnya, sekarang mainan-mainan tersebut sudah tidak digunakan lagi dan jadi menumpuk di berbagai sudut rumah.

Kembali ke IKEA, yang membawa konsep eksplorasi ke dalam pengalaman berbelanja. Seperti anak-anak, orang dewasa juga senang lihat-lihat. Di TUM Ngopi Cantik Kali ini kita juga berkesempatan melihat beberapa demo seperti demo mengolah makanan secara mudah. Peralatan dapur di Ikea, membuat mengupas apel menjadi pekerjaan mudah dan meracik cafe latte juga jadi bisa dilakukan di rumah. Ini baru namanya "gadget" penyelamat para Mama haha. Desain IKEA juga dibuat untuk ramah anak seperti meja kursi dengan sudut bulat, mata boneka yang dijahit (dan bukan ditempel seperti pada umumnya) dan pengait ke tembok untuk mencegah lemari rubuh pada saat gempa atau dipanjat si anak. Well-designed, functional and at as low price as possible. Berjalan keliling IKEA itu seperti piknik, tapi sebagai ganti pohon cemara ada banyak furniture keren dan barang-barang lucu yang memanggil-manggil untuk dibawa pulang. 



Tapi yang paling bikin kangen dari IKEA adalah sarapan pagi ala western dan free-refill coffee, yang sudah dalam planning untuk dikunjungi bersama Dudu.


Angry Bird The Movie

$
0
0
Memainkan permainan Angry Birds memang addictive. Pencipta para burung marah ini mengakui bahwa dari semua game yang di ujicoba oleh keluarganya, hanya satu game ini yang tidak dikembalikan dalam 1 minggu. Dan sekarang mereka hadir di layar lebar. Sama serunya?

Siap terbang?
Red, burung merah yang selalu marah kesulitan mendapatkan tempat di desa burung karena emosi yang tak terkendali. Ketika kemarahannya di sebuah pesta ulang tahun anak-anak membuatnya dikirim ke sekolah untuk mengatasi kemarahan, Red bertemu dengan Chuck, Bomb and Terrence. Lalu para babi datang, dan Red mulai curiga dengan motivasi kedatangan para Babi yang dipimpin Leonard itu. Sayangnya kemarahan membuatnya diacuhkan oleh para burung ketika dia berusaha membeberkan beberapa poin kecurigaan dari tingkah laku para babi.

Menyaksikan film ini setelah minggu lalunya nonton Captain America membuat Angry Birds The Movie terasa sangat pendek. Hanya 1,5 jam untuk menceritakan kenapa para burung ini marah-marah melulu. Setengah film pertama, kita dikenalkan dengan Red dan beberapa karakter lainnya. Setengah film kedua kita bertempur melawan para Babi dengan cara persis sama seperti di gamenya: sebuah ketapel raksasa dan burung yang dilempar ke arah rumah babi.

Jokesnya klasik, dan mampu membuat si Dudu tertawa tanpa henti setiap mengingatnya. Dalam perjuangannya mencari bantuan untuk melawan Babi, ketika sekawan jagoan kita meminta bantuan pahlawan legendaris The Mighty Eagle, satu-satunya burung yang bisa terbang. Nah, perjalanan mencapai sarang si Mighty Eagle dan petualangan di the Lake of Wisdom inilah yang menurut kita, awal dari keseruan Angry Birds Movie yang sesungguhnya.



Menarik bahwa para Babi lah yang ternyata mengenalkan "teknologi" ketapel kepada para burung ini dan memberikan mereka gambaran tentang "terbang". Para Babi ini jugalah yang membuat para burung untuk keluar dari pulau mereka, dan bertempur. Tapi jangan tunggu lagunya. Lagu Angry Birds yang khas itu baru dapat didengar di akhir credit title.

Lessons? Nonton film ini bersama anak mengajarkan mereka untuk mengatur emosi dengan benar, terutama meluruskan pandangan bahwa orang yang marah itu jahat. Well, kadang-kadang kemarahan diperlukan juga. Tapi harus ada alasan yang tepat untuk marah dan ada follow upnya. Kalau marah terus terhadap sesuatu, seperti Red di awal cerita, maka amarah tidak akan jadi apa-apa. Kalau ada maksudnya kita marah, seperti ketika melawan kawanan babi, ya sebaiknya marah saja daripada dipendam.

Lalu alasan burung itu pada marah? Well, selain Red, yang lainnnya marah karena telur yang dicuri.


Thanks to Majalah XYKids yang sudah mengadakan nobar ya.

X-Men Apocalypse Mutant Talk

$
0
0
Apocalypse is here. Dan pertarungan dimulai lagi. Pertayaan pertama yang saya lempar ke Dudu ketika film berakhir adalah: “bagus mana sama Captain America?” dan jawaban Dudu adalah “bagus X-Men.” Penasaran seperti apa sih film yang menurut anak 10 tahun (“Saya masih 9 tahun Ma,” protesnya dari belakang) ini lebih bagus dari Civil War?

X-Men Cast - memang lagi ngetrend yang banyak pemainnya gini.
Courtesy of Entertainment Weekly (I miss reading that magz)
Dudu:
Beberapa tahun yang lalu, ada sebuah makhluk yang dicoba untuk tak bisa dikalahkan, dicoba untuk tak bisa mati, dengan digantikan badannya dengan badan orang lain. Terus anak buahnya rela mengorbankan dirinya untuk menyelesaikan pemindahan tubuh itu karena prajurit lain berkhianat. Akhirnya prosesnya berhasil tapi dia terkubur di bawah piramida.

Beberapa tahun kemudian ada beberapa orang yang ditakdirkan untuk membangkitkannya kembali dan berhasil, akhirnya si Apocalypse, dia mengumpulkan anak buahnya dengan memberikan kekuatan hebat. Anak buahnya, Magneto, Psylocke, lalu siapa yang malaikat itu, dan yang bisa mengendalikan petir. Loh kok dia jahat, Ma?



Mama: Ngga tau juga. Emang Mama Bryan Singer?
Dudu: Dia juga masih muda kelihatannya.
Dan akhirnya mereka bertarung Cyclops, Jean, Nightcrawler, siapa cewek yang bisa berubah transform itu, Quicksilver, agen CIA itu yang padahal bukan mutant tapi pacarnya professor X. Sama Beast, yang profesor pakai kacamata itu. Menurutku filmnya bagus, karena aku suka apocalypse. Aku suka ide the end of the world. Lagipula nama musuhnya bukan Apocalypse kan, nama Mesir begitu, susah ingatnya.

Mama: Jadi, karakter Favorit kamu siapa?
Dudu: Padahal menurutku karakter yang pedang itu bagus lho. Sayang dia jadi jahat. Kok yang pedang jadi jahat. Ma?
Mama: Mukanya galak kali, Du. Kenapa kamu suka Psylocke?
Dudu: Karena dia cantik. Aku suka cewek rambut panjang. Hebat, pakai pedang, seperti Maschone. Kan Maschone juga cewek tapi pakai pedang. Dia seperti pendekar wanita.
(Maschone ini tokoh di The Walking Dead)

Ini lho Psylocke. Rambutnya bikin mupeng.
Mama: Kalo cowoknya?
Dudu: Setelah dipikir-pikir hampir ngga ada sih? Tapi Kok Wolverine hanya muncul segitu? Mana Wolverine, Ma?
Mama: Sibuk main film lain. Kan dia aktor terkenal.
Dudu: Sayang cuma numpang lewat ya, Ma. Dia dinamain senjata X. Kurasa itu bukan nama yang pantas untuk Wolverine. Harusnya kan Logan.

Ternyata tokoh favorit Dudu si Logan. Sementara Dudu bertanya-tanya kenapa Wolverine hanya numpang lewat dan super kecewa karena adegannya hanya kurang lebih 15 menit, Mama lebih berharap Jubilee dapat peran lebih penting di film ini. Tapi ternyata tidak. Malah Nightcrawler dan Quicksilver yang mencuri perhatian dengan kharisma aktingnya yang selalu membuat kita tertawa meskipun sedang di tengah pertarungan. Oh, akhirnya kita paham kenapa Charles Xavier yang gondrong jadi botak.

Dudu: Kalo tokoh favorit Mama?
Mama: Sudah pasti Erik. Magneto kan ganteng asal ngga pake helm.
Dudu: Pasti Mama suka karena nama anaknya Nina kan?
Hahahaha ups, ketebak ya.



Filmnya 140+ menit, kita nonton jam 17.50 (film mulai jam 18.00) dan selesai jam 20.30. Karena nungguin credit title untuk sebuah adegan rahasia yang ya begitulah, jadi kita menjelang jam 9 baru keluar bioskop. Credit title jadi kesempatan saya mengkuliahi Dudu bahwa pekerjaan di dunia ini bukan yang terlihat di depan mata saja. Buktinya, dalam rangkaian credit title yang panjang banget itu ada banyak title pekerjaan yang bisa dia apply di masa depan kalau sudah lulus kuliah. Asal titlenya jangan “driver to Mr. McAvoy” saja ya. Haha.

Saya nonton ini tanpa ngecek IMDB seperti yang biasa saya lakukan. It’s PG-13 by the way. Rupanya ada beberapa adegan yang bikin saya berhenti makan popcorn karena jijik. Misalnya ketika Apocalypse hendak pindah tubuh di awal cerita, tubuh barunya itu tipe Wolverine yang bisa sembuh sendiri kalau luka. Jadi adalah, di 10 menit pertama, adegannya sudah luka menganga begitu. Lalu saat Archangel berubah wujud dengan sayap besi, itu juga shocking buat saya dan saya sampai memalingkan muka dari layar. Saya jijik, tapi Dudu the zombie slayer santai saja menghadapinya.

Akibat dadakan nonton jadi ngga siap kamera dan tongkat selfie
Buat yang khawatir soal ciuman, hanya ada Erik dan istrinya. Selain itu mungkin baju Psylocke yang seksi. Jangan mengkhawatirkan Mystique karena 90% di film ini dia berwujud Raven dan 5% lagi meskipun biru dia pakai baju seragam.Justru mungkin para Mama yang harus waspada karena kemunculan Wolverine yang hanya 15 menit itu Hugh Jackman hanya pakai celana pendek. Ups.

So, I’m ending this movie rant with a quote I caught from the beginning of the film

“You give people the vision and they spend their days living in fear of the future. You give people power and they think they meant to rule the world.”

Membuat Mama #BahagiaDiRumah (by Dudu)

$
0
0
Ketika saya memutuskan untuk ikut lomba blog Novaversary (Ulang tahun Nova ke 28 tahun) ini, ada seorang anak berusia 9 tahun yang mentertawakan saya. “Bahagia di Rumah? Mama kan orang yang paling tidak betah di rumah.” Dan saya langsung mendebat, “tidak betah bukan berarti tidak bahagia lho, Du.” Tapi apa benar begitu?


Dari kecil memang betah di rumah
Hobi keluar rumah sudah ada sejak SD. Mungkin karena keluarga kami suka travelling, jadi sayapun tidak betah hanya di rumah saja ketika hari libur tiba. Long weekend di awal Mei yang rencananya mau beres-beres rumah untuk ikutan garage sale di akhir bulan juga tidak pernah kesampaian, hanya karena kita hampir tidak pernah di rumah. Dan ini tidak ada hubungannya dengan bahagia. Kebahagiaan itu ada bersama kehangatan keluarga, jadi ya meskipun sedang jalan-jalan, hotel bisa jadi rumah kalau sekeluarga ikutan jalan-jalan juga. Kalau di rumah sendirian kan tidak bahagia juga akhirnya. Rumahnya besar tapi sunyi sepi tidak ada suara selain tokek di halaman belakang. 

Rumah pertama saya dan Dudu adalah sebuah apartment di pedalaman Amerika Serikat. Apartment 1 kamar dengan ruang keluarga yang cukup dan tinggal buka pintu kaca untuk langsung terjun ke kolam renang. Apartment yang nyaman dan bikin bahagia kalau sudah duduk di sofa sambil nonton TV berdua. Itupun saya masih sering pergi. Ya ke mall, ya ke perpustakaan, dan baru benar-benar menikmati rumah ketika kita berdua terjebak salju 3 hari dan tidak bisa kemana-mana selain main salju di depan rumah.


Di depan rumah pertama kita
Julukan terbaru dari Dudu buat saya adalah “Ahli minggat”. Soalnya, berkebalikan dengan saya, si Dudu paling bahagia di rumah. Dari kecil begitu. Ketika akhir pekan kita pulang ke rumah orang tua saya di pinggiran Jakarta, Dudu seperti dapat harta karun. Dia yang paling semangat pulang dan kalau tidak sangat terpaksa, tidak mau bergerak melewati pintu pagar. Saking bahagianya di rumah, makan pagi, siang, malam juga delivery atau titip take away dari saya yang sedang ngelayap. Seringnya sih main game. Tapi ya apapun itu, anaknya betah di rumah.

Wah bisa-bisa postingan #DateWithDudu berkurang drastis jumlahnya karena yang diajak ngedate susahnya minta ampun untuk meninggalkan rumah. Menurut Dudu. The happiest place on earth bukan Disneyland, tapi rumah.



Tapi kembali lagi ke pernyataan saya di paragaraf pertama, tidak betah bukan berarti tidak bahagia. Ke mana pun saya pergi, ada perasaan nyaman ketika saya membuka pintu pagar dan memarkir mobil dalam garasi. Ada kesejukan tersendiri ketika saya duduk di meja samping taman belakang, buka laptop sambil menikmati turunnya hujan. Ada keseruan tersendiri ketika saya memandangi rak buku, menghitung koleksi yang belum sempat dibaca. Jadi kalau ditanya apakah saya bahagia di rumah? Yap. Saya enjoy setiap menit saya di rumah dan menikmati hal-hal kecil di setiap sudutnya. Tapi bukan berarti saya ada di rumah setiap saat. Sama seperti orang pacaran atau menikah ya mungkin. Bahagia bersama si pacar? Yes. Tapi kalau terus-terusan bersama, apa tidak malah berantem? Kalau saya di rumah setiap saat, belum tentu saya bahagia di rumah. Bisa jadi malah frustrasi karena jenuh. 



Jadi, sebagai lanjutan diskusi saya dengan Dudu tadi, saya melemparkan sebuah pertanyaan: Bagaimana kamu bisa membuat Mama bahagia (betah) di rumah?

Ini jawaban Dudu:

  • Aku akan peluk cium Mama setiap Mama pulang ke rumah.
  • Aku akan kasih hadiah bantal karena Mama suka bermalas-malasan...
  • ... atau beliin Mama snack.
  • Aku akan menaburkan bunga lavender di tempat tidur Mama jadi Mama bisa tidur di kasur yang penuh bunga, yang nyaman dan tidak dinyamukin...
  • ...ditambah rose dan putri malu juga.
  • Mungkin aku bisa membantu Mama menulis?
Beneran nih?


24 Free Fun Things to Do in Singapore for Family

$
0
0
Singapore is a fine city. Pernah lihat kaos bertuliskan begitu dengan gambar daftar denda? Tapi buat saya, kata "fine" di sini bermakna positif. Jadi, daripada membuat list denda, saya membuat list hal-hal gratis yang bisa dinikmati di Singapura. Let's get started!

With love from Fort Canning Park Singapore
Singapura juga identik dengan negara (atau kota?) ramah anak yang banyak sekali fasilitas gratisan untuk keluarga. Liburan sekolah yang sudah di depan mata, biasanya negara tetangga yang satu ini menjadi destinasi liburan favorit. Termasuk saya dan Dudu. 

MARINA BAY

Dulu tempat ini hanya satu mall. Lalu muncul F1, Singapore Flyer dan yang terakhir Marina Bay Sands dengan segala kemegahannya.Walaupun tidak hobi belanja, tapi berjalan dan foto-foto di dalam Marina Bay Sands kerap jadi aktivitas favorit kita berdua. Apalagi menyusuri kanal yang seperti di Macau itu. Mungkin seuatu hari kita bisa menyempatkan naik juga. Marina Bay Sands juga tempat kita nonton The Lion King bertahun-tahun lalu, dan sejak itu masih tersimpan rasa ingin nonton musical lain yang belum kesampaian.



Marina Bay at Sundown
Marina Bay Sands memang mewah, tapi bukan berarti kita harus menghabiskan banyak uang di sana. Saat membuat list “Free stuffs in Singapore with Kids,” saya terkejut sendiri melihat banyaknya hal seru yang bisa dilakukan di Marina Bay (exit Bayfront). 

1. Nonton laser show di malam hari. Ada 3 pertunjukan: 8.00, 9.30 dan 11.00. Setiap pertunjukan sekitar 15-20 menit dan ada baiknya hadir lebih dulu agar dapat tempat pas. Pertunjukan ini outdoor ya, jadi tergantung cuaca juga.

2. ArtScience Museum Free Friday. Setiap hari Jumat, 4 orang anak-anak gratis masuk ke museum di Marina Bay ini hanya dengan membayar tiket 1 orang dewasa. Jadi, untuk yang ke Singapura, atur jadwalnya agar bisa mampir di hari Jumat. Lumayan bisa hemat 19 SGD/anak untuk tiket all access.



3. Far East Organization’s Children’s Garden menyediakan waterpark dan rumah pohon gratis untuk anak-anak. Buka hingga jam 9 malam pada akhir pekan.


4. Garden By The Bay itu sebenarnya tidak bayar. Yang bayar hanya kalau kita masuk ke dome, conservatories dan naik ke OCBC Skyway. Jadi bagian lainnya seperti Dragonfly and Kingfisher Lake, Sun Pavillion, Heritage Garden dan lainnya bisa didatangi dengan gratis. Plus, garden ini buka dari jam 5 pagi, jadi yang tidak mau kehilangan moment di Singapore bisa visit ke sini sebelum masuk mall. Haha.

5.Merlion Park & One Fullerton terletak di seberang Marina Bay Sands. Bisa jalan kaki meskipun berputar agak jauh menyusuri danau. Atau kita bisa exit di MRT Raffles Place yang langsung muncul di One Fullerton. Pada malam hari, terutama weekend, tempat ini ramai dikunjungi keluarga dan pasangan karena ada banyak restaurant. 

6.Helix Bridge menyambungkan bagian Esplanade, Singapore Flyer dan kota Singapura dengan Marina Bay Sands. Jadi untuk yang suka jalan kaki sebaiknya turun di MRT Promenade dan berjalan menyebrangi Helix Bridge sambil menikmati pemandangannya.

Siap menyeberangi Helix Bridge!
PARKS, NATURE & PLAYGROUND


Salah satu yang membuat saya jatuh cinta dengan Singapura adalah banyakan taman dan tempat bermain anak-anak yang gratis. Bolak-balik membawa Dudu ke sini sejak bayi, saya tidak pernah merasa kesulitan menemukan sesuatu yang membuatnya senang. Namanya juga anak kecil, tidak perlu naik rides sekeren Universal Studio, main air di pancuran saja sudah happy. Makanya, mumpung ada di Singapura, yuk kita kembali kenalan sama alam dan memanfaatkan ruang untuk bergerak.

7. Jacob Ballas Children's Garden yang terletak di komplek Singapore’s Botanical Garden ini unik. Orang dewasa boleh masuk kalau bawa anak-anak di bawah 12 tahun, dan anak-anak bisa masuk kalau ditemani orang dewasa. Semuanya gratis.

Jacob Ballas Children Garden
8. Dan taman ini bukan satu-satunya yang gratis, karena di Singapura ada banyak taman yang dapat dikunjungi secara cuma-cuma. Yang recommended untuk para pencita olahraga dan alam adalah East Coast Park dan Bishan-Ang Mo Kio Park. Sedangkan yang ingin mencoba playground dapat mengunjungi West Coast Park, Tiong Bahru Park dan Pasir Ris Park. Cek selengkapnya di website resmi Singapore Parks ya.

9. Playground tidak melulu hanya ada di taman, karena rooftop di shopping mall bisa jadi menyimpan playground dan water playground tersembunyi yang bisa menjadi tempat bermain anak. Kita pernah mampir ke Sembawang Shopping Center dan terpana melihat rooftopnya. Dan menurut kabar terbaru, Singapore Sports Hub di Kallang Wave sudah buka, plus dengan lazy river (SGD 2). Cek selengkapnya di Bumblebeemum ya.

10. Tidak mengunjungi Sentosa bukan berarti kita tidak bawa baju ganti dan handuk kecil. Singapura punya banyak water fountain gratis yang bisa membuat anak mendadak minta main air. Ada di Vivocity (mall tempat kita naik tram ke Sentosa), Bugis Junction, Clarke Quay dan beberapa mall lainnya.

11. Marina Barrage sudah jadi tempat to do list saya sejak main game My Singapore City haha. Taman yang sebenarnya adalah bendungan di daerah Marina ini ada restoran, water playground, dan art gallery. Selain itu, ada banyak festival yang diselenggarakan di sini. Yang paling populer sih, tempat ini adalah tempat main layangan. Haha.

SENTOSA ISLAND

Masuk ke Sentosa memang bayar, (SGD 4 kalau naik Sentosa express) tapi banyak aktivitas bebas biaya dapat dilakukan di sana. 

"Itu Sentosa Island Ma?"
12. Hore kita ke pantai! Di Sentosa ada beberapa pantai yang bisa menjadi pilihan: Palawan, Siloso dan Tanjung. Pantai Palawan lebih untuk keluarga, dengan beach playground dan Port of Lost Wonder (tapi masuk sini bayar). Dari pantai ini juga kita bisa menyeberang jembatan ke ujung daratan paling selatan dari benua Asia. Siloso, yang pada siang hari sepi, biasanya lebih identik dengan bar, restoran dan beach party. Pantai ini cocok untuk yang ingin bersantai, duduk dan menikmati makanan dan minuman sementara anak-anak bermain di pantai.

Palawan -- dan the southernmost point of equatorial Asia. Seperti pantai pribadi kalau hari biasa
13. Meskipun kesemua pantai ini dapat dicapai dengan jalan kaki, namun Sentosa bisa jadi panas dan lebih baik keliling dengan Beach Tram gratis

14. 
Merlion Area ada di tengah Sentosa Island. Meskipun masuknya bayar, tapi bermain di water fountain dan di open area depan KFC juga fun.

CHANGI AIRPORT

Saya selalu bilang kalau airport yang satu ini membuat menunggu jadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Saya malah senang kalau pesawat saya delay hahaha.

Woodblocks rubbing station di Changi
15. Wood Blocks Rubbing Station yang ada di semua sudut terminal (bahkan di bagian depan sebelum check in) ini adalah favorit kita berdua. Sekarang woodnya sudah berubah jadi plastik dan gambarnya pun sudah update dengan arsitektur terbaru Singapura. Tapi fun-nya tetap sama.

16. 
Entertainment Deck Terminal 2 ada game komputer dan PS3 dengan game seru. Tapi untuk yang anaknya masih kecil, mainnya didampingi ya soalnya gamenya ada yang macam Assasin's Creed dan Call of Duty. Amannya sih masuk ke movie theater yang memutarkan film keluarga terbaru.



17. Social Tree (terminal 1) dan Postcard (terminal 2). Bisa selfie, fotonya diberikan frame dan diposting ke social media atau dikirimkan ke email masing-masing. Seru!

18. 
Playground ada di setiap terminal. Jangan khawatir bosan menunggu anak main perosotan soalnya di setiap playground pasti ada bangku dengan colokan. Free wifi juga tersedia di seluruh airport (tapi hilang kalau pindah terminal naik kereta atau keluar ke taman).



19. Kolam dan taman yang ada di Changi juga menarik untuk eksplorasi. Kapan lagi bisa lihat kaktus dan kupu-kupu di airport?

Selengkapnya tentang transit di Changi bersama anak-anak ada di postingan saya tentang senang hati kejebak delay di sini.

CITY CENTER
Pusat kota Singapura selalu populer. Orchard dan sekitarnya biasanya identik dengan belanja. Apalagi jika berkunjung saat Singapore Great Sale yang ada di tengah tahun, bersamaan dengan waktu liburan sekolah. Buat yang shopping jangan lupa klaim GST refund di Changi ya. (by the way, ada tips cari hotel murah di Singapura nih)


20. 
Taman yang paling familiar ya Fort Canning Park. Bukan hanya karena waktu kecil sering menginap di seputar Dhoby Ghaut, tapi karena memang banyak yang bisa dilakukan di taman ini termasuk foto pre-wedding haha. Fort Canning Park juga sering jadi tempat konser dan acara festival seru. Selain itu ada tur gratis seperti Sculpture Tour dan Spice Garden Tour yang bisa diikuti.

21. 
Orchard bukan hanya untuk shopping. Saya ke Orchard demi Kinokuniya super besar yang mengijinkan kita membaca buku di tempat. Saya sering berjalan menyusuri Orchard yang sekarang sudah semakin banyak shopping centernya itu, terutama di malam hari ketika lampunya menyala semua. Sesuatu yang saya harap bisa dilakukan di Sudirman Thamrin haha. Orchard punya banyak display seru kalau sedang ada festival, termasuk mobil F1. So, why not strolling Orchard Road at night for a change?

Orchard Road at night
22. National Library ada di dekat MRT Bras Basah dan dapat dicapai dengan berjalan kaki dari area Bugis. Tidak tinggal dekat situ? Jangan khawatir, ada banyak perpustakaan yang dapat dikunjungi di mana pun Anda berada di Singapore dan kebanyakan buka hingga malam karena terletak di dalam mall. Salah satu yang pernah kita kunjungi adalah Jurong East Regional Library yang bagian anak-anaknya bikin betah. Untuk yang hobi baca buku, coba ajak anak Anda berkunjung dan berburu buku. 


23. 
Museum, Festivals and Exhibitions. Kebanyakan museum memang hanya free bagi Singaporean (bikin iri ya), tapi ada beberapa museum yang bisa dikunjungi secara gratis walaupun kita turis. Navy Museum di Tanah Merah misalnya. Atau Changi Museum yang lebih berat ke sejarah Singapura di masa perang dunia. Yang kelihatannya paling keren sih Singapore Maritime Gallery di Marina South Pier. Yang ini bahkan ada kegiatan spesial untuk keluarga dan anak-anak di musim liburan. 

GETTING AROUND


24. 
Free Rides. Did you know kids ride for free on buses and MRT? Menurut website Transitlink, anak-anak berusia dibawah 7 tahun dengan tinggi badan kurang dari 90cm bisa pergi gratis. Jika anaknya lebih dari 90cm, kita bisa apply Child Concession Card dengan membawa passport di loket MRT. Saya pribadi belum pernah coba karena ketika peraturan ini berlaku di 2014, si Dudu sudah lewat umurnya. 

Buat yang dewasa? Bangun lebih pagi, berangkat naik MRT dan jika tiba di stasiun tertentu sebelum pukul 7.45 maka perjalanan Anda gratis. Stasiun tertentu ini termasuk yang ada di rute turis seperti Orchard, Bayfont, Marina Bay, Bugis dan Dhoby Ghaut. Hanya berlaku Senin sampai Jumat. Selengkapnya bisa dilihat di website Transitlink.

Selamat liburan! 

Satur-Date with Facebook Ads, Affiliate Marketing and Cloud Hosting

$
0
0
Facebook Ads bikin penasaran. Beruntung Blogger Perempuan mengadakan Ngobrol Cantik dengan tema yang cocok banget. Banyak dapat ilmu jadinya.

Datang ke venue sedikit terlambat karena parkiran Sarinah separuhnya ditutup dan sisanya sudah penuh, saya segera mencarikan Dudu meja di bagian luar area “kelas”. Anaknya mau belajar untuk ujian math dan Mamanya mau belajar tentang Facebook ads. Sama-sama belajar di Sabtu pagi. Acaranya sendiri dibagi menjadi 3 sesi. Yang pertama milik Involve Asia dan konsep affiliate marketing, yang kedua adalah cloud hosting dari Dewa Web dan terakhir adalah materi utamanya yang dibawakan oleh Iqbal dari Advertisa. Well, karena saya datang ke Gokanna Teppan Sarinah tergoda oleh materi Facebook Ads ini, maka saya itu bahas duluan ya.



WHY: Hari gini mengulurkan tangan jemput bola sudah menjadi kewajiban. Pernah ada yang menganjurkan saya untuk tidak hanya menunggu brand (dan kesempatan membuat sponsored post datang) tapi rajin mencari peluang dan bahkan kirim proposal coba-coba ke Brand. Siapa tahu sukses. Nah, itu kalau ke brand. Kalau ke pembaca? Ya lewat Facebook ads. FB ads membantu kita menemukan customer/pembaca sebelum mereka mencari kita.


WHO: Menurut Iqbal, Facebook ads ini paling cocok bagi blog baru yang ingin mencari traffic dan mengenalkan blognya kepada pembaca yang tepat. Okelah kita bergabung dengan banyak komunitas bloger, dan bisa sharing di banyak Facebook grup, tapi potensi pembaca kita kan masih luas sekali. Nah, Facebook ads ini bisa membantu kita menjangkau mereka yang bukan blogger, dan pembaca lainnya yang ada di Facebook. Dan kalau sudah ada audience, kita bisa menggunakan fitur retargetting untuk ke depannya.

WHAT: Untuk sponsored post? Kenapa tidak? Sponsored post kita memiliki target audience juga kan, dan target traffic. Dengan FB ads kita bisa mengontrol jumlah traffic yang datang, jadi tidak ada lagi kekhawatiran mengecewakan klien karena traffic yang datang tidak sesuai ekspektasi, padahal kita sudah sharing maksimal. FB ads juga bisa memilih target audience dengan apa yang diketahui Facebook. Jadi, blog gado-gado pun oke terima sponsored post dengan kategori niche. Kan bisa kita persempit pembacanya dengan ads.


Dashboard FB Ads
HOW: Facebook ads hanya bisa digunakan untuk Facebook Fan Page. Oh, pantesan. Trus saya jadi bingung, soalnya blog saya tidak ada fan pagenya. Anyway, yang penting kan ilmunya, siapa tahu suatu hari nanti saya membuatkan si blog ini sebuah Facebook fan page. Memasang Facebook ads ini juga tidak asal pasang, harus ada budget management dan tricknya agar efektif. Kalau sudah punya fan page, sebaiknya update reguler sekali sehari untuk mempertahankan jumlah user dan likes. Lalu postingannya diusahakan yang berpotensi viral, sehingga hitung-hitungannya lebih murah. Kalau banyak yang share, harga per-klik bisa jadi murah loh. Yang sehat sih harga per klik di bawah Rp. 200. Tapi jangan berpikir Rp. 150 sudah bagus, ada lho yang hanya Rp. 13/klik.

WHERE (TO START?): Yang saya tangkap dari penjelasan Iqbal (yang di beberapa sisi sedikit terlalu teknis itu), kita bisa mulai dengan budget sekitar Rp. 250,000. Lalu kita menentukan target audience yang sesuai dengan objektif blog kita. Enaknya lagi, FB ads ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita, semakin banyak kita spending, semakin banyak audience yang dapat kita jangkau. Dalam membuat postingan juga kita harus memperhatikan banyak hal seperti: headline yang menarik agar di klik orang, thumbnail yang friendly, dan tema yang sesuai trend.

Sudah bingung? Haha. Sepertinya saya jadi paham kenapa tim SEM di kantor saya sering pusing. Banyak yang harus kita customized, banyak yang harus kita pahami untuk menjadikan satu iklan ini efektif. Well, Facebook ads memang bukan sesuatu yang bisa dipahami dalam semalam. Jadi untuk yang pengetahuannya nol besar seperti saya, sesi Ngobrol Cantik ini berguna banget. Setidaknya, saya sudah tidak blank-blank amat kalau ada yang bicarain Facebook Ads, dan sudah pernah lihat dashboardnya.

Let’s move on to something lighter and more fun. Sesuatu yang penting bagi blogger jaman sekarang dan tentunya yang membuat kita semua senang yaitu menghasilkan pemasukan. Affiliate Marketing. Saya banyak mendengar term ini namun tidak pernah paham apa maksudnya dan bagimana cara kerjanya. Kebetulan Andre dari Involve Asia membuka sesi Ngobrol Cantik dengan definisi affiliate marketing. Dijelaskan dengan kalimat simple dan mudah diingat. 

Rahasia affiliate marketing
Affiliate marketing adalah cara menghasilkan uang dari internet.

Contoh yang paling mudah adalah: sebuah promo e-commerce yang ada di blog kita, di-klik orang, lalu dia belanja dan kita dapat komisi karena sudah mengarahkan/merekomendasikan orang tersebut untuk belanja. Cara ini termasuk win-win solution kalau kata Andre. Klien senang barangnya laku, kita senang dapat komisi, pengunjung juga senang karena bisa membeli barang yang dicarinya.

Tapi, tidak instant. Karena ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan sukses tidaknya monetizing blog dengan cara ini, misalnya jumlah traffic dan usia blog. Tapi ada beberapa tips untuk membuat affiliate sukses. Disimak ya.

Kalau Facebook ads adalah mata yang melihat, affiliate marketing adalah tangan yang bekerja, nah yang satu ini adalah modalnya blogger: hosting. Dan bukan sembarang hosting karena Dewaweb ini adalah cloud hosting. Buat saya yang benar-benar blogging karen sering nulis, yang begini bikin gagal paham. Tapi penjelasan Yohannes dari Dewaweb sudah cukup sederhana, dan setidaknya membuat saya mengerti tentang beberapa hal yang harus diperhatikan tentang hosting, seperti fasilitas monitoring live traffic dan validasi green bar SSL. Yang paling penting dan bikin lega adalah ketika Yohannes mengatakan bahwa DewaWeb punya Customer Service Support 24 jam. Yah, namanya juga awam.

Ini yang namanya Dewaweb
Acara Ngobrol Cantik ini ditutup dengan makan siang yang enak dari Gokana Teppan dan foto bersama. Ketika saya menggandeng Dudu pulang, masih banyak yang belum move on dan sibuk menghampiri masing-masing narasumber untuk berdiskusi lebih lanjut. Meskipun dapat tempat duduk paling belakang, bukan berarti tidak membawa pulang ilmu. Karena ruangannya tidak terlalu besar, dan susunannya mengingatkan saya akan suasana kuliah, saya yang baru perdana ikutan Ngobrol Cantik ini jadi nostalgia.

Dudu: Mama sudah selesai belajarnya?
Mama: Sudah. Kamu?
Dudu: Aku sudah selesai juga. Sekarang kita mau kemana?
Lanjut cari tempat ngeblog yuk! Mumpung masih sore.

Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows

$
0
0
Ketika film Teenage Mutant Ninja Turtle: Out of the Shadows tidak sesuai ekspektasi, saya bingung. Film ini seharusnya seru. Dudu tetap keukeuh suka dengan film ini dan bilang “bagus” meskipun seluruh dunia (yang diwakili IMDB dan Rotten Tomatoes) hanya memberikan rating setengah hati. Yang jelas, saya kehilangan kata “Cowabunga” dan “Dude” di film ini. 



Jadi, saya mulai cerita dari mana ya? Well, film ini dimulai dari kaburnya Shredder ketika sedang dipindahkan ke penjara baru. Dalam pelariannya, Shredder bertemu Krang (Commander Kragg if you wish) dan setuju untuk membantunya memindahkan pesawat ke bumi. Di sisi lain, Casey Jones yang kehilangan tawanan harus menghadapi skorsing dan memutuskan untuk menjadi superhero independen berbekal pengalamannya main ice hockey. Dalam pengejaran ini, Casey bertemu April O’Neil dan para kura-kura, yang kembali tidak akur gara-gara menemukan lendir ungu yang digunakan Shredder untuk mengubah penjahat bodoh menjadi duet Beebop dan Rocksteady yang kita kenal (hore!)

Para kura-kura yang bertengkar (lagi), berhasilnya Krang memindahkan pesawat ke bumi dan Splinter yang hanya memberikan wejangan tanpa ikut banyak ikut campur membuat film ini agak naik turun. Dan sejujurnya, garing. Pertarungannya tidak seru, Shreddernya kurang keren dan konflik intrik politiknya terlalu banyak antara Casey Jones, Chief yang perempuan itu dan Vern the falcon. Sampai gemas mau bilang “let’s just fight.” Haha. Untung ada Beebop dan Rocksteady.


Buat penggemar Kura-kura Ninja yang mengidolakan Leonardo sejak SD, film ini akan tetap saya tonton meskipun reviewnya jelek semua. Well, kapan lagi bisa melihat semua tokoh itu dalam satu frame. Shredder, Beebop, Rocksteady, Krang, Casey Jones, April O’Neil, dan para kura-kura itu semua ada dalam satu film. Untung besar namanya. Tapi mungkin itu ya penyebabnya, terlalu banyak tokoh, terlalu banyak agenda, jadi masing-masing tidak dieksplorasi dengan maksimal.


Lihat review kita tentang Teenage Mutant Ninja Turtles pertama di sini.

"Aku pikir Shredder akan bertarung, soalnya dia keren banget di film pertama. Lalu Krang seharusnya tidak datang sendirian dengan kapal sebesar itu. Aku pikir dia akan membawa pasukan alien yang banyak."

Masih lebih bagus X-Men Apocalypse. Dan mungkin memang lebih bagus Warcraft. Tapi saya dan Dudu tidak tertarik nonton meski sudah liat traillernya dan kita memang tidak main game-nya. Proses pembuatan film Kura-Kura Ninja ini selalu bikin saya terpana. Soalnya para kura-kura ini dimainkan oleh actor dengan punggung dan alat yang kemudian berubah jadi kura-kura berwarna hijau di layar. Karena tinggi badan Leonardo dan adik-adiknya ini jauh di atas manusia biasa, maka lawan main mereka seperti Megan Fox dan Stephen Amell harus menyesuaikan dengan mata para kura-kura dan berakting mendongak ke atas, bukan menatap mata para actor yang memerankan para kura-kura ninja. Unfortunately, for all the hard efforts, this movie is just blah. 




“Aku suka Raphael,” kata Dudu. Saya tetap fans Leo. Sebagai anak pertama dengan dua adik yang lebih mirip Donnie dan Mikey, tokoh Leonardo rasanya keren. Dan seperti biasa, saya focus dengan nasihat-nasihat si tikus raksasa yang bijak itu. “Seorang pemimpin harus bisa menyatukan perbedaan, karena perbedaan itulah yang membuat tim jadi kuat. Tapi tetap harus satu visi.” Terbayang rasanya jadi Leonardo waktu timnya (yang notabene adik-kakak dari kecil) kalah kompak dari duet Beebop dan Rocksteady yang hanya mengandalkan rasa percaya pada satu dan lainnya, tanpa strategi (karena mereka benar-benar bodoh).

Wajib nonton buat para fans kura-kura ini. Tapi jangan pasang ekspektasi. Buat yang bawa anak kecil juga aman. Mengutip salah satu review yang saya baca, “film ini seperti dibuat oleh anak 12 tahun, untuk anak 12 tahun.” April O’Neil memang seksi karena diperankan Megan Fox, tapi secara keseluruhan tidak ada yang membuat film ini menyeramkan untuk ditonton anak kecil. Pertarungannya tidak ada yang sadis dan konfliknya juga tidak sulit dicerna. Secara bahasa pun tidak ada sumpah serapah yang biasanya bikin khawatir ditiru anak-anak. 

Talking about language, where’s my Cowabunga? I hope they will continue to the third and amend for this one.

Memahami Ide Stimulasi Usia Dini lewat Indonesia Montessori

$
0
0
Sebagai seseorang yang sudah bolak balik menulis artikel tentang pendidikan anak usia dini, saya termasuk awam tentang konsep Montessori. Apalagi anak saya sudah mau naik kelas 5 SD, dan Montessori yang saya kenal kerap identik dengan anak balita. Penasaran tapi bingung mau cari tahu dari mana. Sampai suatu hari, sebuah undangan launching buku dari founder Indonesia Montessori mendarat di kotak surat saya. 



Dikenal dengan nama Mom C, Elvina Lim, mendirikan Indonesia Montessori dari Amerika. Mengasuh anak tanpa pembantu membuatnya jadi kreatif. Montessori ala Mom C adalah yang bisa dilakukan di rumah. Bukan berarti anak tidak boleh sekolah di luar. Tapi tidak semua anak mempunyai akses dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan usia dini yang memadai. Nah, anak-anak bisa belajar dengan Montessori di rumah. Kalau yang sekolah PAUD di luar? Ya sepulang sekolah bisa melakukan Montessori ini. Membolak-balik bukunya, saya jadi paham. Montesorri di rumah ala Mom C ini seperti bermain dengan alat-alat yang bisa ditemukan di sekitar kita dan dalam kegiatan sehari-hari.

“70% adalah Montessori-based,” kata Mom C di talkshownya. The Hall Senayan City hari Sabtu 4 Juni itu penuh dengan Montessori moms, dads and enthusiasts. “30% sisanya adalah hal-hal yang merupakan stimulasi, yang saya anggap baik, dan pernah saya posting di social media. Intinya, Indonesia Montessori ini dibentuk agar bisa cari ide dan sharing inspirasi.”



Mendengarkan percakapan Mom C dengan MC di panggung saya jadi kangen sama Amerika haha. Soalnya, sama seperti C, Dudu juga dari kecil sudah membantu pekerjaan rumah tangga. Ya soalnya kan saya di pedalaman Amerika itu hanya tinggal berdua saja. Dudu pasti ikut bantu cuci baju, bantu masak spaghetti dan bantu membereskan mainan sendiri. Ada masanya ketika saya dan teman teman kuliah saya pergi makan di Casino kota sebelah (haha) dan Dudu duduk manis di kursi anak sambil mengemil Cherios pakai tangan. Tanpa disadari, kegiatan simple macam makan sereal pakai tangan begini termasuk kegiatan stimulasi yang baik bagi anak. Kalau istilah Mom C, “fondasi atau ketrampilan hidup. Jadi kalau mau mempelajari hal lain lebih mudah. Membantu pekerjaan rumah itu melatih motorik dan percaya diri anak.”

Contoh kegiatan Montessori di rumah:

  • Menuang air dari botol ke gelas
  • Cuci tangan (yes, as simple as this)
  • Sorting bola kapas berwarna dengan capitan
  • Memindahkan telur dari satu mangkuk ke mangkuk lain
  • Mencuci gelas dan peralatan makan
  • Menata bunga
  • Mengupas buah
Kalau sekolah, anak biasanya fokus. Kalau di rumah bagaimana belajarnya? “Suasana di rumah harus kondusif, kalau tidak nanti tidak maksimal karena anak tidak bisa fokus,” begitu saran Mom C. Beda anak juga beda cara belajar meskipun konsep yang diajarkan sama. Misalnya belajar besar dan kecil, anak yang masih batita mungkin hanya membandingkan benda, tapi anak yang lebih besar bisa dengan menggambar ataupun dengan angka. Belajarnya bisa disesuaikan dengan sensitif period setiap anak, di mana dia menyukai satu kegiatan dan akan dilakukan berulang-ulang. Nah, tugas orang tua adalah mengobservasi kapan sensitif period ini datang karena setiap anak berbeda-beda tumbuh kembangnya.



Salut sama Mom C yang bisa mengurus anak sendiri tanpa helper, bisa kuliah sesuai passion juga dan bisa menulis buku sambil mengembangkan Indonesia Montessori. Bukunya recommended banget untuk yang punya anak balita. Terbukti acara kemarin seru banget. Ada pojok IKEA yang membebaskan kita menggambar kuda dan mewarnainya dengan crayon dan spidol super empuk. Wajib dibeli kayaknya nih kalau pas ke IKEA. Saya dan Dudu jadi betah berlama-lama menggambar kuda. Lalu ada pojok puzzle dan menjahit dari Erlangga. Dudu yang malu ikutan duduk karena rata-rata di situ usianya masih bayi, menjahit sambil berdiri. Ada booth Bebelac, inflatable playground dari Dettol dan booth lainnya yang menjual mainan kreatif. Satu mainan slime menarik perhatian saya. Sayang kita di rumah bath tubnya rusak, padahal Dudu sudah semangat mau bermain sambil mandi. 




Pulang selain bawa barang, kita juga bawa tambahan pengetahuan. Kalau kata Dudu “It was so much fun!” dan unexpected karena pas hadir kita pikir acaranya hanya untuk anak balita. Ternyata kita berdua bisa betah dan ngedate juga. Thank you so much Mom C and Erlangga for inviting us to the event. The book launch satisfied more than just my curiousity on Montessori, it provided us with a fun Saturday morning date.

Jangan lupa beli bukunya di toko buku terdekat atau cek cara belinya di website Indonesia Montessori
Viewing all 269 articles
Browse latest View live